Mohon tunggu...
Gracia B
Gracia B Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

suka nulis dan masih belajar menulis dan ingin terus menjadi penulis dan ingin dikenal sebagai penulis :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekacauan Perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur

26 Mei 2013   19:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:59 5023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Usai sambutan-sambutan, acara dilanjutkan dengan pembacaan doa dari biksu-biksu sembilan majelis yang hadir saat itu. Hujan masih turun deras, dan mirisnya pada saat pembacaan doa, pengunjung meringsek naik ke panggung. Mereka naik ke panggung, berusaha berada sedekat mungkin dengan para biksu dan memotretnya. Hal ini tentu mengganggu panjatan doa mereka, apalagi pengunjung-pengunjung ini memotret dengan menggunakan flash."Tolong jangan naik ke altar, ini tempat yang tidak boleh dinaiki," kata seorang biksu kepada pengunjung. "Bila ingin berfoto, tolong memoto dari jauh, para biksu sedang berdoa," imbuhnya.

Namun peringatan itu tidak dipatuhi pengunjung. Kejadian lebih ricuh lagi terjadi saat ritual Pradaksina, yaitu ritual para biksu mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali. Pengunjung semakin mendekat ke arah biksu, mencoba mengikuti mereka melakukan Pradaksina."Tolong, bagi pengunjung yang ingin juga melakukan Pradaksina, harap tertib. Jangan menghalangi jalannya biksu," demikian peringatan dari pembawa acara. Namun lagi-lagi diabaikan, bahkan seorang biksu terinjak-injak kakinya oleh pengunjung.Usai Pradaksina, harusnya dimulai acara yang ditunggu-tunggu, yaitu pelepasan 1.000 lampion. Namun sayang, karena hujan masih turun dengan derasnya, pelepasan lampion terpaksa dibatalkan. Teriakan dan keluhan marah dari pengunjung segera terdengar. Sebagian meninggalkan area candi, sebagian lagi ada yang naik ke panggung, mengambil bunga-bunga dan hiasan panggung. Area Borobudur menjadi sangat kotor oleh botol minuman, tisu, dan bekas bungkus makanan.

Waisak, yang seharusnya menjadi momen sakral ibadah umat Budha, justru sebaliknya. Umat Budha tidak dapat beribadah dengan tenang lantaran para turis penasaran menunggu pelepasan lampion, yang perhelatannya diadakan berbarengan.

Nah! Setelah membaca dan seperti ikut merasakan bagaimana perayaannya kemarin, saya berfikir, sebaiknya pada saat perayaan Waisak, Candi Borobudur tidak dibuka untuk umum, tapi hanya untuk umat Budha yang ingin mengikuti perayaan saja beserta para Biksu dan pengikutnya. Sedangkan para wartawan atau jurnalis diperbolehkan mengikuti acara tapi dengan batasan lokasi tersendiri. Selanjutnya, untuk para pejabat atau siapapun yang merasa dirinya 'penting' dan sedang ditunggu banyak orang, diharapkan bisa datang tepat waktu sehingga bisa menjadi panutan.

Yang harus menjadi tujuan penting adalah bagaimana umat Budha dan para Biksu bisa menjalani upacara perayaan hari raya mereka dengan tenang dan khusyuk. Selain itu, bagi para pengunjung yang datang, mereka harus bisa menjaga perilaku mereka dengan tidak mengganggu serta menghargai upacara hari raya orang lain.

:))

Sumber terkait:

http://www.lensaindonesia.com/2013/05/25/ribuan-umat-budha-ikuti-puncak-prosesi-waisak-di-candi-borobudur.html

http://travel.okezone.com/read/2013/05/26/407/812801/redirect

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun