Tiga kunci pokok implementasi pemikiran Adorno dalam mengkritisi komunikasi media baru, yaitu:
     1.  Dominasi sistem komunikasi digital yang mengkomodifikasi konten media dan aplikasi media komunikasi yang seolah menjadi tuntutan kebutuhan prioritas manusia. Berbagai karakteristik dari media digital yang serupa menciptakan kesadaran palsu yang manipulasi sehingga konsumsi media digital menguasai ruang dan waktu dalam aktivitas kehidupan masyarakat.
     2. Masifikasi dalam jumlah massa berupa rating aplikasi, dan fitur likes, subscribe, dan komentar, serta menjadi suatu standar dalam media baru seharusnya menjadi pintu untuk menyadarkan masyarakat bahwa itu hanya menjadi cara kaum kapitalis menghasilkan keuntungan.
     3. Membangun kesadaran akan produk yang terstandarisasi, homogen, dan serupa dalam manipulasi konsep "viral" sebagai sebuah pencapaian berharga. Langkah penyadaran ini menjadi upaya pembebasan masyarakat digital sebagai kaum marginal yang tertindas.
      Pemikiran kritis Adorno berusaha untuk menyadarkan masyarakat agar dapat berpikir rasional dalam konsumsi media digital secara bijak, dan tanpa ketergantungan pada teknologi sebagai alat kaum kapitalis.
     Kritik Adorno sebagai generasi pertama mazhab Frankfurt terhadap industri budaya masih sangat relevan sebagai landasan pemikiran untuk memperkaya kajian ilmiah dalam ilmu komunikasi. Hakekat keilmuan tidak hanya mampu menghasilkan temuan ilmiah yang bersifat teoritis saja, melainkan harus dapat membawa perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat.
     Segala bentuk industri budaya yang meralela tidak serta-merta menjadikan manusia terjebak dalam kesadaran palsu yang permanen. Semangat emansipatoris yang memberdayakan rasionalitas manusia harus terus-menerus diupayakan dalam perlawanan terhadap penindasan kaum kapitalis komunikatif. Masa pencerahan manusia bukan terletak pada penguasaan teknologi komunikasi, melainkan bagaimana manusia bisa berpikir kritis dalam konsumsi teknologi. Kesadaran kritis dalam pemanfaatan teknologi komunikasi mendorong manusia untuk mengekspresikan diri secara bebas dan otonom, bukan lagi terkungkung dalam tren produk budaya yang viral. Keterlibatan ilmuwan atau akademisi komunikasi menjadi agen penyadaran untuk membebaskan manusia dari praktik komunikasi digital yang manipulatif, alih-alih sebagai penggerak penindasan masyarakat dengan mengagungkan kemajuan teknologi komunikasi. Dengan demikian, semangat literasi digital menjadi kunci utama untuk mengembalikan kesadaran masyarakat dalam kenikmatan semu buatan kaum kapitalis di era digital.
REFERENSI
Adorno, T. W., & Horkheimer, M. (2019). The Culture Industry: Enlightenment as Mass Deception. In Philosophers on Film from Bergson to Badiou: A Critical Reader (pp. 80--96). Columbia University Press.
Barker, C. (2004). The SAGE Dictionary of Cultural Studies. SAGE Publications.Â
Horkheimer, M., & Adorno, T. W. (1993). Dialectic of Enlightenment. Continuum.Â