Esok pagiku akan ikut menemani emak berbelanja ke Pasar.  Sangat sulit untuk meyakinkan tidak akan merepotkannya ketika ikut ke pasar berbelanja nanti.
"Mak.. aku ikut ke Pasar Sidikalang. Pengen aku nemani mama sekali aja. Masak sih mama udah bertahun-tahun kesana sekalipun aku gak pernah ikut.."Aku merengek pada emak.Â
"Ku bilang gak boleh, tetap gak boleh nak disana gak enak nanti kau capek. " Nada Emak Tegas.
"Kan kita cuma belanja ajanya Mak gaknya capek itu. Pokoknya Lita Mau ikut. Lita bakal bujuk Ayah biar mama ijinkan ya. "
Sambil berlari menghampiri ayah yang sedang memperbaiki ban motor pelanggan yang bocor.
Ya, Ayahku sudah lama membuka bengkel sepeda motor kecil-kecilan. Ayah sudah akrab dengan oli hitam pekat dan bermacam-macam kunci untuk memperbaiki motor.Â
"Ayah aku mau ikut besok ke pasar sama Mama boleh ya. Soalnya aku pengen kesana nemani mama sekali saja." Sambil lita menyuguhkan kopi untuk ayahnya.
"Emang kamu bisa bangun jam 4 pagi entar mobil jemputan Mama datang kamu masih asyik tidur." Ayah menatapku serius.
"Iya Yah...aku bisa, lagi pula besok Kan Sabtu SMA besok kan libur yah. Aku janji gak bakal nyusahin emak di pasar." Ujarku.
"Iya sudah sekarang Lita bobo ya. Istirahat biar besok bisa cepat bangun.Â
Tit...tit..tit...tit klakson mobil jemputan telah berbunyi. Suara yang sudah akrab kudengar beberapa tahun setiap Sabtu pagi tepat pada pukul 04:00 WIB.
 "Litaa... cepetan klu Mau ikut ayok bantu mama angkat keranjang ini ke mobil." Bergegas ku beranjak bersiap2 berkemas dan berlari masuk ke dalam mobil.Â
Dengan mata yang masih sayu dan mengantuk. Dalam mobil sudah berada teman-teman Emak yang tidur seadanya di Bangku mobil mengenakan kain sarung tipis karena masih mengantuk dan menggigil kedinginan.
Emak mengisyaratkanku untuk tidur disisinya menunggu mobil tiba di pasar. Setelah sejam lama perjalanan kulihat pasar sudah dipadati para pedagang dan pembeli yang saling bertransaksi.
Aku terheran ternyata jam segini orang-orang sudah sangat sibuk mencari nafkah.
Sambil Ku tergopoh-gopoh mengikuti langkah ibu menuju pedagang-pedangang langganan emak. Langkah Emak sangat cepat, berkeliling menawar harga barang dari satu penjual ke penjual lain. Setelah itu kami membawa belanja menuju mobil angkutan. Sebagian ditaruh di atas kepala Dan sebagiannya lagi di tangan. Begitulah sampai barang-batang kebutuhan telah terkumpul.Â
Tidak terasa waktu berjalan matahari sudah terbit dan cahayanya mulai menyilaukan. Waktu menunjukkan pukul 09:30 WIB. Emak mengajakku untuk sarapan di salah satu warung makan langganannya.Â
Sambil menikmati hidangan, aku tertegun menyadari betapa besarnya pengorbanan Emak untuk mencari nafkah, mengais rejeki di pagi hari. Ia harus bangun lebih awal dari Ibu-ibu lainnya. Ia menahan dingin, rasa kantuk, lapar maupun lelah hanya untuk mendapatkan barang dagangan yang akan kami jual kembali nantinya. Aku bertekad suatu hari untuk sukses hingga Emak tidak perlu lagi pergi ke pasar dengan segala rintangannya.
Pangkalpinang, 14 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H