"Hei ada apa ini ribut-ribut. Tolong hargai tamu yang lain di kafe ini..! "Â
Dengan sangat lantam Rio menjawab satpam itu. "Ini urusan saya pak, tolong jangan ikut campur umurmu saja sudah bau tanah". Maka, terjadilah keributan di kafe malam  itu.Â
Dengan cepat Agung membawa putri ke mobil dengan wajah yang berkaca-kaca. Sungguh Rio sudah sangat keterlaluan.Â
"Sudahlah lebih baik kamu tenangkan dirimu, jika kamu, sudah siap kamu kesini lagi besok sore akan kuajarkan berpisah secara baik dengannya." Ujarku memberikan solusi terbaik untuknya.
" Iya aku akan memikirkannya dahulu angela" Jawab putri dengan mata Bengkak dan wajah cantiknya menjadi kusam.
Hari sudah sore jam dinding menunjukkan pukul 15:29 WIB aku sudah tak sabar menunggu putri datang.
Dringg.. Dringgg.. Bunyi suara Handphoneku.
Putri menelfon.Â
"Halo Ratu Putriyani siregar, kenapa belum datang juga kau" Tanyaku ketus.Â
"Halo Angela aku gak jadi datang ya"
"Apa bercanda kau, itu artinya.. "
"Iya aku masih sayang banget sama Rio itu, tadi pagi Rio datang sama Bapak mamanya ini baru tadi mereka pulang" Putri menyela.Â
"Loh ngapain Rio datang bawa-bawa ortunya tri" Tanyaku sambil mengintip rumah putri di sebrang dari jendela kamarku.Â