Oedipus Complex pada Anak Perempuan
Berbeda dengan oedipus complex pada anak laki-laki, pada awalnya anak perempuan mengira bahwa semua orang memiliki alat kelamin yang sama dengannya. Namun, lama kelamaan dia menyadari bahwa laki-laki memiliki penis dan ini membuat anak perempuan mengalami penis envy (Feist et al., 2021). Karena itu, anak perempuan secara tidak sadar mulai menyalahkan ibunya yang melahirkan dirinya ke dunia ini tanpa penis. Sehingga anak perempuan berpindah yang awalnya lebih dekat dengan ibunya menjadi lebih dekat dan menyukai ayahnya, serta anak perempuan juga mengembangkan rasa permusuhan kepada ibunya (Feist et al., 2021). Oedipus complex pada anak perempuan akan berangsur hilang ketika dia menyadari bahwa dia mungkin saja kehilangan cinta dari ibunya apabila dia terus-terusan memiliki rasa permusuhan pada ibunya.
Selain oedipus complex, terdapat beberapa alasan lain dibalik kedekatan anak pada ibu atau ayah. Anak dekat dengan ibu karena merasa bahwa sosok ibu dapat mengerti dirinya, dapat membimbing, mengajarinya banyak hal, dan merupakan sosok yang menyayanginya dengan sepenuh hati dan tidak dapat tergantikan (Andriyani & Endang, 2013). Sedangkan anak dekat dengan ayahnya karena merasa bahwa ayah merupakan sosok yang bijaksana, dapat memberikan arahan, nasehat, dan membantu dalam mengambil keputusan, selain itu seorang ayah juga rela berkorban demi anaknya, serta menjadi seseorang yang dapat diandalkan (Fatmasari & Sawitri, 2020). Meski begitu, seiring dengan tumbuh kembang anak, pada akhirnya anak akan jauh lebih dekat dengan ibunya. Hal ini dikarenakan dominasi peran ibu dalam pengasuhan anak dari usia dini hingga dewasa (Lutfatulatifah, 2020).
Selain itu, kedekatan dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin dengan anak akan menyebabkan anak cenderung mencari pasangan hidup yang mirip dengan orang tuanya (Havlicek et al., 2023). Survei yang dilakukan oleh website kencan eHarmony melaporkan bahwa sebanyak 64% pria mencari pasangan hidup yang memiliki sifat yang mirip dengan ibunya (Best, 2019). Studi lain yang dilakukan oleh (Havlicek et al., 2023) juga menunjukkan bahwa perempuan cenderung mencari pasangan hidup yang mencerminkan ayahnya.
Kedekatan dan kebergantungan anak dengan orang tua merupakan hal yang wajar, baik itu lebih dekat dengan ibu atau ayah, keduanya sama saja. Namun, perlu diperhatian jangan sampai anak menjadi terlalu bergantung dengan orang tua dan menjadi anak yang manja dan tidak mandiri, terutama saat anak sudah beranjak dewasa.
Referensi:
Andriyani, N., & Endang, S. I. (2013). Dasar hubungan kedekatan anak dengan orangtua pada mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Empati, 2(4), 296--304. https://doi.org/10.14710/empati.2013.7415
Best, S. (2019, March 26). Two-thirds of men choose partners like their mothers, study reveals. Mirror. https://www.mirror.co.uk/tech/two-thirds-men-choose-partners-14184512
Fatmasari, A. E., & Sawitri, D. R. (2020). Kedekatan ayah - anak di era digital: studi kualitatif pada emerging adults. http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id/index.php/ProsidingPsikologi/article/view/1350
Feist, G. J., Roberts, T.-A., & Feist, J. (2021). Theories of personalities (10th ed.). McGrawHill.
Havlicek, J., Jelnkov, L., trbov, Z., Hanus, R., Kreisinger, J., Kyjakova, P., Schmiedov, L., Buovsk, R., Fialov, J. T., Schwambergov, D., & Roberts, C. (2023). Women choose romantic partners resembling their father in body odour. Research Square. https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-2531352/v1