Mohon tunggu...
Grace Evanda
Grace Evanda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Atmajaya Yogyakarta

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengulik Perbedaan Sudut Pandang dalam Film Posesif (2017) dan Orang Kaya Baru (2019)

14 Desember 2020   13:13 Diperbarui: 14 Desember 2020   13:18 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : liputan6.com

source : cnnindonesia.com
source : cnnindonesia.com

Itulah sebabnya Lukman Sardi memilih untuk menghidupi keluarganya dan membesarkan anak-anaknya dalam kondisi prihatin, keuangan yang seadanya, dan serba pas-pasan dengan merahasiakan kekayaan yang ia miliki kepada keluarganya.

Ia ingin menumbuhkan rasa cinta dalam kehidupan keluarganya, terhadap kerabat mereka, bukan malah rasa cinta kepada uang.

"Duit kalau sedikit cukup, kalau banyak enggak cukup."

Kalimat yang disampaikan sang bapak memperlihatkan nilai kesederhanaan yang memang sudah ditanamkan dalam keluarganya.

Akan tetapi, kematian sang Bapak yang tiba-tiba meninggalkan warisan berupa uang milyaran. Hal ini mengubah kehidupan keluarga mereka menjadi milyarder kaya raya. Mulai dari sinilah, gaya hidup mereka berubah menjadi sangat konsumtif.

Sang Ibu yang dulunya terkejut melihat mahalnya harga teh di restoran mewah, kini bisa berbelanja barang-barang mewah tanpa harus melihat label harga. Ia bahkan membeli semua perabot yang sempat disentuh dan difoto oleh anak-anaknya.

"Semua yang anak saya foto, pegang, cium, saya bayar. Sempat kepegang sama anak saya? Beli."

Kalimat ini menunjukkan sifat dari sang ibu yang menjadi lebih arogan ketika sudah kaya raya dan  juga seakan mencerminkan keadaan di zaman sekarang, dimana segala sesuatu bisa dibeli dan diselesaikan dengan menggunakan uang.

Mereka juga membeli masing-masing satu mobil, padahal tidak ada satupun dari keluarga itu yang bisa menyetir. Jelas terlihat bahwa mereka melakukan hal itu bukan karena kebutuhan, tetapi untuk memenuhi gengsi dan agar terlihat semakin kaya.

Harta dan kekayaan yang diwariskan oleh sang bapak pada akhirnya pun menggelapkan mata anggota keluarga itu. Mereka melupakan nilai kekeluargaan dan kesederhanaan yang selalu ditanamkan oleh bapaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun