Mohon tunggu...
Grace Ebilia
Grace Ebilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Jaya

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bukan Kata-Kata Biasa

19 Desember 2023   19:01 Diperbarui: 19 Desember 2023   19:46 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Untuk melakukan cara pertama, tenangkan diri terlebih dahulu. Beri jeda sebelum menyampaikan sesuatu mengenai perilaku anak yang masih belum tepat. Saat anak melakukan kesalahan dalam membuat sesuatu, stop berkata "Gitu aja gak bisa, gimana sih?" tetapi ubah menjadi "Tidak apa-apa, belajar lagi yaa". Hindari kata-kata yang akan melukai hati sang anak, karena itu bisa menjadikan trauma sepanjang hidupnya. Sebaiknya gunakan kata-kata yang lebih mendukung dan lebih positif. Selain pemilihan kata, gunakan nada selembut mungkin agar anak tetap merasa nyaman.  Hal ini diperuntukkan agar anak mau mencoba lagi sampai berhasil dan tidak merasa disudutkan seakan-akan tidak bisa melakukannya.

     Cara kedua adalah validasi perasaan sang anak. Dibanding berkata "Kenapa nangis terus, sih? Cengeng" alangkah baiknya lakukan "Sudah dulu yaa nangisnya, nanti kita cari jalan keluar nya sama papa dan mama". Tugas orang tua adalah memvalidasi emosi dan perasaan sang anak. Memvalidasi emosi bukan berarti membenarkan bahwa ia benar, tetapi mengakui bahwa anak sedang merasakan emosi tersebut. Biarkan mereka untuk berekspresi, dan jangan sampai ada kekerasan fisik apalagi non fisik di dalam proses itu. Anak yang diajarkan untuk melatih emosi, maka mereka akan lebih mudah menenangkan diri dan bisa terhindar dari kekerasan verbal. (Howes dalam Santrock, 2012)

     "Children see, children do" Cara ketiga adalah tunjukkan sikap positif. Dalam keluarga, orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Disini dibutuhkan kerja sama antara ayah dan ibu untuk mengajarkan sikap positif dalam perkembangan anak. Anak akan meniru dan mencontoh apa yang mereka lihat dan dengarkan dari orang tuanya. Semakin besar nilai yang diberikan kepada anak sebagai pengamat dan peniru, maka semakin besar nilai-nilai yang diserap. Jika orang tua bisa menyelesaikan masalah tanpa tersulut emosi, dan bijak menanggapinya, maka sang anak bisa meniru dan menerapkan pada kehidupannya. Pembentukan karakter akan terjadi di proses ini. (Rahman et al., 2020). Cara ini adalah salah satu cara yang bisa untuk mengurangi kekerasan verbal di masa mendatang.

Sumber:iStockphoto. 
Sumber:iStockphoto. 

     Mulai sekarang, jangan anggap sepele kekerasan verbal, karena banyak dampak negatif yang didapatkan nantinya. Kalimat yang simple bisa membuat anak merasa kurang percaya diri, tidak mau explore dunia luar, cenderung introvert atau anti sosial, dan bahkan bisa menyebabkan depresi. Ada pepatah mengatakan "Mulutmu harimau mu", artinya perkataan yang keluar dari mulut kita, bisa menjadi senjata tajam dan dapat menyakiti orang lain. Berhati-hati lah dalam berbicara supaya tidak ada lagi mental illness, melainkan mental health. Jika bukan kita, kapan lagi generasi ini akan sehat mental?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun