Mohon tunggu...
Taruli Basa
Taruli Basa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Auroraindonet.com

Penulis buku 12 Aktivitas Menyenangkan Penerbit Grasindo, buku IMAGO DEI (Segambar dan serupa dengan Allah) tentang perjalanan missi ke daerah, buku mata pelajaran TK, penulis narasi, cerita pendek dan juga puisi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar dari Nick Vujicic atau Memilih Menjadi Pengangguran

13 Agustus 2024   17:35 Diperbarui: 13 Agustus 2024   17:36 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
beternak lele di kolam (dokpri)

Banyak jalan lain ke Roma, begitulah dikatakan oleh sebuah pepatah yang mempunyai makna filosofi yang dalam. Banyak jalan lain ke Roma artinya jangan fokus dengan satu cara untuk meraih cita-cita, temukan cara yang lain dan jangan malas hanya berpangku tangan saja, tetapi kembangkan setiap ilmu, keahlian dan talenta yang dimiliki. 

Akhir-akhir ini saya membaca informasi di media sosial, bahwa tingkat pengangguran di Indonesia meningkat, betulkah ini? atau anak muda zaman sekarang lebih memilih menjadi kontent kreator, bermain saham atau pekerjaan lainnya melalui online yang tidak harus terdaftar di KTP pekerjaannya. Apakah data yang disampaikan oleh berita tersebut akurat, mengingat anak muda zaman sekarang ini lebih menyukai pekerjaan menggunakan internet, mencipta karya-karya melalui berbagai aplikasi sehingga tidak terdata apa yang menjadi pekerjaannya di data kependudukan dan catatan sipil. Apakah data pengangguran meningkat itu valid? Jikapun semakin meningkat banyak cara menanggulanginya.

Kita sebagai masyarakat Indonesia jangan sedikit-sedikit menyalahkan pemerintah, mana lowongan kerja, bagaimana pemerintahan ini, lowongan kerja semakin sedikit, usia pelamarpun dibatasi. Saya heran sekali terkadang kita menyalahkan orang lain atas kesalahan kita sendiri. Bukankah di mana ada kemauan pasti ada jalan. Mengapa kita harus mengharapkan sesuatu yang mustahil, mengapa tidak mencoba sendiri membuka usaha. Untuk bertahan hidup, harusnya kita sebagai manusia yang diciptakan sempurna punya akal dan fikiran, dapat berfikir apa pekerjaan dan bagaimana cara bertahan hidup di muka bumi ini. 

Kita dapat melihat dan bercermin terhadap Nick Vujicic, seorang motivator Australia yang tidak mempunyai tangan dan bahkan kaki, tetapi beliau dapat bertahan hidup, dapat kuat dengan berbagai cercaan, tantangan, hinaan, depresi yang beliau alami. Tidak ada satupun lingkungannya yang mendukung dia  untuk bertahan hidup, namun dia tetap bertahan dan berjuang untuk hidup, sabar, mau menerima diri sendiri, mencoba, berusaha, belajar dan berserah, akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa dalam diri Nick Vujicic, sekalipun berkebutuhan khusus dia menjadi motivator dunia yang sangat inspiratif. 

Apakah Nick Vujicic tidak mempunyai tantangan yang berat, itu pasti, beliau pernah mengalami depresi, dihina, disingkirkan, boleh dibaca kisah Nick Vujicic dalam bukunya Life Without Limits. 

Saat ini Nick Vujicic menjadi seorang motivator, penulis, dan public speaker yang terkenal karena menginspirasi banyak orang di seluruh dunia atas keberhasilan mengatasi berbagai rintangan dalam hidupnya. 

Nah kita masyarakat Indonesia, yang masih mempunyai tangan, kaki lengkap dengan pikiran, masih menganggur di usia yang seharusnya sudah bekerja. 

Cobalah melihat Nick Vujicic, apakah kita masih mau berpangku tangan, membiarkan waktu berlalu tanpa berbuat apa-apa dan masa depan menjadi tidak seperti yang kita harapkan. 

Terkadang harapan kita sangat tinggi, bahkan cita-cita ingin mempunyai penghasilan dua digit, namun kenyataannya, kita sibuk scroll down Instagram, FB dan melihat status teman-teman baik di Whatsap maupun media sosial lainnya, bukannya sibuk memperbaiki diri dengan berbagai keahlian. Terkadang manusia lebih mudah menyalahkan orang lain daripada memperbaiki diri sendiri.

Kita perlu introspeksi diri dulu, sebelum menuntut, sudahkah pantas diri kita diterima bekerja di sebuah instansi sementara kitapun malas untuk belajar, bahkan untuk mempersiapkan diri saat interviewpun setengah hati. 

Ayo para pemuda, generasi emas Indonesia, jangan biarkan waktu berlalu begitu saja. Perbaiki diri, tekun belajar, jangan hanya melihat keberhasilan orang lain, buat dan ciptakanlah keberhasilan diri sendiri. Jika belum diterima bekerja, ciptakan usaha sendiri, mulailah dari langkah kecil, dari nol dengan membuka usaha. Ada banyak jenis usaha kecil-kecilan yang dapat dikerjakan, mulai dari jualan online, menjadi reseller barang-barang branded, reseller makanan, menjual berbagai jenis makanan ringan, ada banyak pekerjaan yang dapat menghasilkan uang, permasalahannya adalah apakah kita mau mengerjakannya. 

Dimana ada kemauan disitu ada jalan, namun dimana ada kemalasan akan selalu banyak alasan. Akan selalu banyak alasan bagi mereka yang enggan dan tidak berani mencoba. 

Jika kita tinggal di kampung atau desa, kita dapat beternak lele, sembari menunggu lele kita dapat dijual, kita bisa usaha menjual keripik singkong, ada banyak pekerjaan yang dapat dikerjakan dan menghasilkan uang. Mulailah wahai para pemuda, jangan asyik dengan dunia media sosial, karena masa depan bangsa ini terletak pada usia generasi sekarang ini. 

Bonus demografi Indonesia pada masa-masa ini, jika kita mau menciptakan negara kita menjadi negara maju, bekerja dan tekunlah karena lebih banyak penduduk dengan usia muda pada tahun bonus demografi saat ini. 

Mari sejenak kembali ke masa Pandemi, dua tahun yang lalu. Sejak Pandemi Covid-19, kita semua ada di rumah, tidak diperbolehkan untuk beraktivitas di luar kecuali bidang  yang dibutuhkan seperti bidang kesehatan, apotik dan beberapa bidang lainnya. Namun, ada juga saat pandemi orang  tidak tinggal diam, ada yang mulai bercocok tanam di rumah, menanam kembang, seperti aglonema, monstera, yang mempunyai nilai jual yang tinggi saat itu, ada juga mengerjakan berbagai kerajinan tangan lainnya. Hanya orang yang bijaksana yang dapat melihat peluang sekalipun dalam kondisi paling berat dalam kehidupan. 

membibitkan aglonema saat masa pandemi (dokpri)
membibitkan aglonema saat masa pandemi (dokpri)

Kita tidak ada lagi dalam masa pandemi Covid-19, namun mengapa angka pengangguran menjadi tinggi. Apakah ketidak siapan kita menjadi seorang wira usaha yang tekun, atau kita tidak mempunyai skill yang mumpuni ketika kita melamar kerja, sehingga kita ditolak saat melamar pekerjaan, atau kita berharap gaji yang tinggi karena kita alumni dari universitas ternama dengan IPK cumlaude, sehingga membuat kita enggan menerima pekerjaan dengan gaji yang kecil.

Semasa pandemi, penulis tidak berhenti sekalipun berhenti dari pekerjaan, penulis beternak lele, beternak ayam, menanam berbagai jenis bunga di halaman rumah. Ada banyak pekerjaan yang dapat menghasilkan ketika kita mau. Seperti penulis sampaikan di atas, jika kita mau, pasti ada saja jalan yang Tuhan berikan, jangan mempunyai mental dikasihani, lebih baik mengasihi dan memberi daripada dikasihani dan selalu meminta-minta. Jangan mempunyai mental ingin selalu diberi, disuapin, meminta-minta, bergantung, bukankah banyak pekerjaan di zaman yang serba ada saat ini.

beternak lele di kolam (dokpri)
beternak lele di kolam (dokpri)

Menjadi kontent kreator juga bisa, jika tidak mau mengerjakan pekerjaan dengan menggunakan fisik seperti petani berdasi. Berjuanglah selagi masih diberikan kesempatan dan waktu oleh Tuhan karena hidup itu adalah anugerah. Belajarlah dari orang-orang yang mempunyai kisah hidup yang insipiratif dan  nyata seperti Nick Vujicic, jika semangat kita lemah dalam mewujudkan cita-cita, lihat sekeliling kita, lihat orang-orang yang bergantung dengan kita, lihat masa depan bangsa ini, dan belajarlah dari mereka para inspirator seperti Nick Vujicic. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun