Jika kita sudah pernah dikhianati oleh teman yang menjadi pengalaman hidup berharga buat kita, maka kita akan semakin berhati-hati dalam memilih teman, karena teman tidak akan selamanya menjadi teman, teman bisa menjadi musuh, tergantung dari kebutuhan teman tersebut. Karena itu ketika kita menjalin hubungan apapun, pertemanan, percintaan, pekerjaan dan lainnya kita harus berhati-hati bahkan kita sendiripun harus menjadi seorang yang tulus. Tulus seperti merpati namun cerdik seperti ular.Â
Ketulusan sangat perlu dalam pertemanan, walaupun kita dikhianati, anggaplah bahwa hal tersebut adalah sebuah pembelajaran hidup jika kita dikhianati dan merasakan penderitaan karena berteman dengan dia.Â
Penulis mempunyai teman yang baik, namun ada satu sahabat penulis yang sudah lama sekali menjadi sahabat, namun sayangnya dia sudah pergi menghadap sang Pencipta. Ketika dia saki auto immun, sedih banget rasanya. Berusaha memberikan waktu setiap saat jika pekerjaanku lempang, kadang aku menjaganya di rumah sakit, kadang membuat dia tertawa, membaluri minyak ke tubuhnya agar merasa segar.Â
Sungguh beruntung mengenal dia, karakter kami berbeda, namun kami bisa jadi sahabat. Dia lebih logis berfikir daripada melankolis. Jadi ketika curhat dengan dia, dia melihat dari berbagai sudut secara rasional, tidak dengan emosi, atau perasaan, dia memberikan tanggapan yang dapat terukur, terpola dan harus ada azas sebab akibat. Jika melakukan ini, akibatnya itu, logika berfikir dia yang sangat rasional yang membuatku betah bersamanya, demikian juga dengan dia. Namun dia sudah pergi duluan menghadap sang Pencipta. Kepergiannya membuat hatiku terpukul, bersahabat selama bertahun-tahun, namun harus ditinggal pergi.Â
Penulis masih mempunyai banyak teman yang baik, semua itu karena kebaikan Tuhan semata, dipertemukan dengan orang-orang yang baik. Ada teman KTB (Kelompok Tumbuh Bersama), walaupun dari teman KTB kami satu orang kakak sudah dipanggil menghadap sang Pencipta. Ada juga teman gereja, dan teman persekutuan di PAKSU (Persekutuan Mahasiswa Kristen) yang terdapat di Jabodetabek. Dalam Persekutuan kita mempunya teman yang saling support, seperti Esramia Manurung, ketika saya sakit dua kali di RS dialah yang menjaga saya, namun ketika dia harus keluar dari Jakarta pindah ke daerah disitu jugalah sedih, namun untuk kebahagiaan dia sayapun ikut bahagia juga. Begitulah terkadang pertemanan, kadang bertemu dan berpisah.
Marilah kita menjadi sahabat yang tepat dan benar, segala yang ingin orang lain perbuat terhadap kita perbuat jugalah demikian terhadap mereka. Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi saudara dalam kesukaran. Kita berteman bukan karena ada kata "karena", karena aku butuh jadi aku menemanimu, karena kamu kaya, pintar, cantik, dan lainnya makanya aku berteman denganmu. Jadilah tulus, karena ketulusan kita dapat menyelamatkan kehidupan orang lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H