Mohon tunggu...
Taruli Basa
Taruli Basa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Auroraindonet.com

Penulis buku 12 Aktivitas Menyenangkan Penerbit Grasindo, buku IMAGO DEI (Segambar dan serupa dengan Allah) tentang perjalanan missi ke daerah, buku mata pelajaran TK, penulis narasi, cerita pendek dan juga puisi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mujizat itu Ada: Bertahanlah, Jangan Cabut Jam Kehidupanmu sendiri

16 Juni 2024   20:34 Diperbarui: 17 Juni 2024   00:02 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini banyak pergumulan hidup yang akhirnya berjung kepada menghakhiri hidupnya sendiri. Tidak dapat dipungkiri memang kehidupan ini sulit.  Apakah kita saat ini sedang berbeban berat? Seberat apapun beban kehidupan kita jangan pernah bunuh diri, jangan cabut jam kehidupanmu sendiri sebelum waktunya. Setiap manusia pernah ada dalam posisi, sudah jatuh ditimpa tangga, tangganya ditimpa batu besar, kita sudah ditimpa tangga sudah bonyok dibawah dari bawah, ada pula ulat yang gigitin kaki kita, jika pernah ada dalam posisi ini, bersyukurlah karena kita sedang dibentuk menjadi lebih kuat dari sebelum diri kita dulunya. Jika kita menang dalam pergumulan tersebut. 

Seperti penulis yang pernah mengalaminya di tahun 2020, apa yang bukan tanggung jawab penulis dijadikan oleh pemilik perusahaan menjadi tanggung jawab penulis, dia menipu saya hingga saya kehilangan tabungan, aset dan lainnya dan saya dijadikan tameng oleh pemilik perusahaan. Tragis sekali perlakuannya, saya menanggung segala penderitaan karena pemilik perusahaan menggunakan data-data saya melalui data surat lamaran kerja saya. Kejahatan yang dia lakukan harus saya yang menanggungnya. Apakah pergumulan saya hanya itu? Tidak, pada bulan Juni 2020 sayapun kehilangan orang tua saya. 

dokpri
dokpri

Mama saya dipanggil oleh Tuhan, ibu yang selalu ada bersama dengan saya. Pada masa covid-19 di tahun 2020 memang pasien yang bukan covid tidak diperbolehkan untuk datang kontrol ke RS sementara kondisi alm.mama saya harus kontrol, namun akhirnya saya memberanikan membawa alm.mama saya ke RS. Ada hal yang menjadi kesaksian saya tentang alm.mama saya sekalipun saya merawat dia selama lima tahun, saya tidak pernah sakit, saya selalu sehat tanpa kekurangan apapun. Saat-saat terakkhir alm.mama saya, sejujurnya saya takut kehilangan, hingga selama dua minggu saya terus berajaga di malam hari, saya tidak tidur selama dua minggu, jam dua dini hari saya masak bolu labu, setiap hari saya sudah masak dini hari, karena saya tahu mama saya suka lapar di terakhir hidupnya. Apapun saya kerjakan untuk alm.mama saya. Tidak pernah lelah, entah kekuatan dari mana saya terima. Ketika alm.mama saya imannya down, saya motivasi dengan berbagai nyanyian, lelucon biar ketawa, dan banyak lagi. Sekalipun saya sudah mendapatkan penderitaan yang berat, saya tidak mau terlihat menderita di depan alm.mama saya, saya harus kuat, karena saya punya Tuhan. 

dokpri
dokpri

Ketika terakhir, alm.mama saya memeluk saya erat selama sepuluh menit, saya tidak tahu artinya, ternyata alm.mama saya sudah memberikan tanda bahwa dia akan pergi. Dan pada saat kondisi lemah, kami bawa mama ke RS di malam hari, kami bergantian menjaga di IGD. Kaka saya sudah mengatakan sama saya, relakan mama pergi, sudah waktu mama buat pergi, tetapi saya marah-marah, sampai tiga kali kaka saya mengatakan relakan mama pergi. Kakak saya tahu bahwa hubungan saya dengan mama seperti perangko yang menempel dengan surat, jika perangko dipisahkan dari surat, maka suratnya akan robek, demikian juga dengan saya, saya tidak mampu berpisah, namun harus berpisah. 

Akhirnya sayapun menghubungai Pdt.Rasid Rachman, pendeta kami di malam hari, pak, saya tidak bisa melepas mama, tetapi jawaban Pdt. Rasid, apa Taruli mau mama terus menderita sakit? Relakan ya. Setelah selesai komunikasi panjang lebar dengan Pdt.Rasid, sayapun berdoa dan berserah. Tuhan Aku menyerahkan hidup mamaku ke dalam tanganmu. Kami bergantian menjaga mama kala itu, adik laki-laki bontot kami yang jaga di RS dan jam enam pagi, kami dapat kabar, bahwa mama sudah pergi. Kepergian alm.mama saya adalah tamparan yang kuat dalam hidup saya seperti saya ada ditengah-tengah lautan yang terombang-ambingkan oleh gelombang laut yang dahsyat.

Setelah kematian alm.mama saya, apakah sampai disitu pergumulan saya? Tidak. Dalam duka yang dalam, Tuhan tidak memberikan saya berhenti berkarya. Alm.mama dimakamkan di kampung dan ketika saya ada di kampung saya harus mengurus peninggalan orantua kami di kampung. Dalam dukapun saya harus berhadapan dengan okultisme dan ancaman dari keluarga yang pernah menempati rumah kami selama lima tahun gratis tanpa bayar namun rumah kami menjadi hancur. Agar saya tidak betah tinggal di rumah orangtua saya, mereka sengaja meletakkan ular mainan di depan pintu kamar saya, ada pisau di sofa ruang tamu, dan banyak lagi. Tetapi dalam pertempuran dan peperangan okultisme Tuhan memberikan saya kemenangan, dimana akhirnya yang menempati rumah kamipun diusir. 

dokpri
dokpri

Apakah sampai disitu pergumulan saya? Dalam duka saya membantu seorang pendeta yang akan mencalonkan diri menjadi Sekjend HKBP di kala itu, berjuang bersama walaupun beliau tidak menang, karena kalah suara dalam pemilihan. Apakah saya menjadi diam sejak itu, tidak, saya diberikan tanggung jawab mentraining guru-guru sekolah minggu, dimana saya dulu guru sekolah minggu selama sepuluh tahun. Gereja sangat jauh dari rumah kami, kurang lebih empat kilometer jalan kaki, melewati 3 TPU, melewati 3 kampung dan area persawahan kala itu. 

Apakah sampai disitu, tidak, saya diajak oleh teman pelayanan mengurus pergumulannya dan dari daerah tersebut saya dipanggil ke Pekanbaru diberikan kesempatan berkotbah di GPdI Palas Pekanbaru, dimana kalau saya berkunjung ke sana ada jatah khotbah.

dokpri
dokpri

Dalam duka di tahun itu, Tuhan tidak membiarkan saya mengasihi diri saya sendiri, saya diperhadapkan dengan orang-orang yang butuh bantuan. Seorang teman yang mengalami depresi berat karena penyakit, dia tidak bisa tidur selama empat bulan, dia sudah tidak bekerja, salah satu matanya menjadi kabur karena penyakit diabetes dan penyakit lainnya.

Ketika saya ada di kampung, dia yang tinggal di Jakarta kala itu pulang kampung dan saat dia tahu saya di kampung dia datang ke rumah. Teman-teman  saya sudah tahu bahwa saya sering menjadi tempat curhat banyak orang, kala itu dia pulang kampung dan datang ke rumah menyampaikan pergumulannya. Saya mengajaknya berdoa dan menyanyikan lagu-lagu rohani. Setelah teman saya ini konsultasi di hari ke dua dia sudah bisa tidur, hari ketiga setelah konsultasi dia sudah tidur pulas. Setelah dia sembuh dia balik ke Jakarta dan masih mau konsultasi. Dia berkata, Taruli aku tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikanmu, aku tidak pernah membayarmu, aku tidak tahu harus memberikan apa samamu, berkat Tuhanlah ya Taruli untukmu. Saya malah tidak pernah terpikirkan akan diberikan sesuatu jika mereka sembuh karena mendengarkan saya, terpujilah Tuhan. 

Saat itu saya berkata kepada Tuhan, saya juga berduka loh Tuhan, jangan lupa Tuhan, mengapa begitu banyak yang harus saya tangani?

Setelah persoalan di kampung selesai sayapun balik ke Jakarta.

Apakah sampai disitu? Tidak, tahun 2021 saya di diagnosa menderita ASD Secundum L-R Shunt (Kebocoran Jantung Bawa Lahir) dengan diameter 24 mm melalui TEE. Apakah saya harus mengasihani diri lagi? Tuhan tidak membiarkan saya mengasihani diri, saya diperhadapkan dengan pasutri yang berkonsultasi dengan saya, pernikahan mereka diambang perceraian dan hampir mendaftarkan divorce ke Dukcapil. Sudah banyak sekali tempat mereka berkonsultasi sesama pasutri, namun pasutri ini tidak mau mendengarkan semua nasehat pasutri lain, tibalah giliran saya masuk, puji Tuhan dalam proses 4 bulan mereka memutuskan tidak bercerai dan sekarang mereka sudah bahagia. Setelah pasutri tersebut sudah akur, mereka kaget ternyata ketika mereka konsultasi dengan saya, saya, sudah ASD Secundum dan tidak ada yang tahu. Mantap jiwa, dalam hatiku, tidak perlulah orang lain tahu biarkan Tuhan sendiri yang bertidak dalam hidupku. 

menuju daerah pelayanan (dokpri)
menuju daerah pelayanan (dokpri)

Setelah melakukan segala pemeriksaan terhadap jantung saya, diputuskan untuk melakukan penutupan ASD menggunakan Amplatzer Septal Occluder (AGA) no.28 mm dengan fluoroscopy. Dokter menyampaikan, resiko terbesar dari tindakan ini bu, meninggal di meja operasi dan resiko ringannya selamat. Saya berserah saja Tuhan. Namun ketika itu saya ingat kalau saya meninggal di meja operasi bagaimana ya, saya sudah mengisi formulir pendaftaran beasiswa ingin lanjut Studi S2 English Linguistik saya di Norway, tapi ya sudahlah tidak apa-apa juga kalau meninggal bisa ketemu mama. Kalau alm.mama saya ada pasti sudah marah, kalau saya masih ingin belajar, buat apa lagi sekolah, jangan terlalu tinggi-tinggi keinginannya boruku cantik, sudah cukup Sarjana, sudah S2, mau Es apa lagi, cukup, mama tidak mau, pasti begitu ngomel-ngomel. Hidupku itu 100% disayang alm.mama kami, anak kepercayaannya, sampai merawatnyapun harus saya, tidak boleh pakai suster. 

menuju daerah pelayanan (dokpri)
menuju daerah pelayanan (dokpri)

Sebelum masuk ruang operasi, saya sudah menghubungi Esramia Manurung, untuk merawat saya, padahal diapun sibuk sebagai Kepsek di salah satu sekolah di Jakpus, karena saya tahu kakak saya juga pasti sibuk. Namanya adik rohani, dia akan sayang sama kakak rohaninya. Dokter mengatakan operasi katerisasi saya berlangsung selama 3 jam setelah itu bisa masuk ruang perawatan. Namun teranyata 4 jam, yang membuat kakak, ponakan saya dan Esra  mondar-mandir penuh ketakutan, mengapa begitu lama, sudah 3 jam. Karena saya tidak sadar-sadar, perawatnya menarik telinga saya, dicubit sekuat-kuatnya hingga saya merasakan sakit dan daun telinga saya merah seperti cabe. Jika saya tidak disadarkan, maka jam kehidupan sayapun berakhir. 

menuju daerah pelayanan (dokpri)
menuju daerah pelayanan (dokpri)

Ketika saya menjalani proses ASD Secundum, Tuhan melancarkan semuanya, tidak ada kendala. Saya merasakan cinta yang luar biasa dari teman-teman pelayanan saya di PAKSU (Persekutuan Alumni Kristen Sumatera Utara), mereka sangat khawatir atas kondisi saya, ada yang bahkan mengirimkan oksigen ke rumah, padahal saya sudah sampaikan tidak perlu ka, aku sudah sehat, tetap saja dikirimkan. Mereka bergantian datang ke rumah dan mengirimkan banyak parcel karena mereka tidak dapat berkunjung ke RS, juga teman-teman SMU yang ada di Jabodetabek berdatangan, saya terharu banget, padahal saya sudah diam-diam tidak info sakit, entah dari manalah menyebar info ini. Sekarang inipun saya terharu dengan teman-teman pelayanan Komisi Ibadah GKI SU periode sebelum periode ini bersama dengan MJnya. I love them.

dokpri
dokpri

Saya hanya terkagum-kagum dengan kebesaran Tuhan dalam hidup saya, jika mengingat berbagai pelayanan saya di daerah. Mengajar sekolah minggu selama sepuluh tahun melewati 3 TPU sepanjang 4 Km jalan kaki, hinggga betis sayapun jadi montok, di masa remaja hingga bekerja. Bermissi ke daerah dengan medan yang curam dan juga harus jalan melewati jurang yang terjal, melawan okultisme, menghadapi ancaman, iri, dengki dan banyak lagi tantangan yang pernah saya alami dalam perjalanan hidup saya. Jika bermissi ke daerah bidang saya adalah pendidikan, training guru-guru di lokasi mission trip karena saya sudah ada dalam dunia pendidikan selama puluhan tahun. Saya hanya terkagum-kagum Tuhan begitu baik bagi, teramat baik bagiku. Alm.mamaku sudah tidak ada, tetapi banyak rekan-rekan dan abang, kaka, adik yang sayang sama saya. Ketika dalam proses pemulihan ASD Secundum Tuhan menyertai saya, saya dinyatakan sembuh total Oktober 2022. 

dokpri
dokpri

Ketika iman saya lemah, saya teringat dengan keajaiban Tuhan di masa lalu dalam hidup saya dan bernyanyi menguatkan diri saya sendiri:  Hidupku Menggenapi FirmanMu, Tanda Mujizat sertai tiap langkahku, kau bersamaku di dalamku, jadi bukti kebesaranMu. Ketika ada dalam pergumulan, saya membiasakan diri berdoa dan berpuasa. 

Wahai sahabat Kompasiana dan seluruh dunia, tetaplah kuat dan andalkan Tuhan dalam menghadapi seluruh pergumulan hidup kita, walau kita sedang tidak baik-baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun