Mohon tunggu...
Taruli Basa
Taruli Basa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Auroraindonet.com

Penulis buku 12 Aktivitas Menyenangkan Penerbit Grasindo, buku IMAGO DEI (Segambar dan serupa dengan Allah) tentang perjalanan missi ke daerah, buku mata pelajaran TK, penulis narasi, cerita pendek dan juga puisi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pro dan Kontra: Pemberian Kado kepada Guru saat Kenaikan Kelas

5 Juni 2024   21:52 Diperbarui: 6 Juni 2024   16:50 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Juni adalah Akhir Tahun Ajaran 2023/2024 dan pada bulan ini juga anak menghadapi ujian kenaikan kelas, kenaikan kelas, pelaksanaan graduation di berbagai sekolah yang sudah terbiasa melakukan graduation. 

Ketika kenaikan kelas biasanya ada saja pemikiran orang tua murid memberikan kado terhadap guru-gurunya, sebagai ungkapan terima kasih telah mendidik dan mengajar anak-anak mereka selama satu tahun ajaran pendidikan. Namun tidak semua orangtua murid juga yang setuju dalam hal pemberian kado tersebut. 

Sudah menjadi issue yang biasa, ketika ada pro dan kontra pemberian kado kepada guru setiap kenaikan kelas. Ada beberapa dasar mengapa terjadinya pro dan kontra tentang pemberian kado kepada guru ini, khususnya di kalangan orangtua murid. 

Pertama: orangtua/masyarakat menganggap memang tanggung jawab guru untuk mengajar dan mendidik anak-anak di sekolah, tidak perlulah mereka diberikan kado/hadiah karena mereka juga sudah dapat gaji atas pekerjaan mereka.

Kedua: Jika diberikan kado, kelak gurunya akan pilih kasih terhadap siswa. Orangtua yang memberikan kado terhadap guru akan lebih peduli terhadap anaknya dibandingkan dengan orang tua yang tidak memberikan kado. Akan terjadi pembedaan perhatian terhadap siswa oleh guru, jadi lebih baik tidak memberikan kado, sekalipun itu kenaikan kelas atau kelulusan. 

Ketiga: Lebih kepada ketidakpedulian.

Keempat: Sebagai pengikut saja. 

Setiap sekolah, mempunyai peraturan tentang pemberian kado terhadap guru-guru. Ada sekolah yang menerapkan bahwa guru tidak diperbolehkan menerima barang, uang, atau hadiah dalam bentuk apapun, dalam kondisi apapun, sekalipun itu kenaikan kelas atau kelulusan setiap tahun. 

Ada juga sekolah yang menerapkan bahwa guru dapat menerima kado/hadiah, berupa makanan/barang pemberian orangtua, hanya saat kenaikan kelas atau kelulusan, selain dari moment tersebut, guru tidak diperbolehkan menerima apapun dan dalam kondisi apapun dari orangtua murid, jika terdapat menerima kado maka guru akan diskors atau dipecat. 

Ada juga sekolah yang menerapkan bahwa guru dapat menerima makanan dari orangtua murid, tetapi sepengetahuan kepala sekolah, dan dimakan bersama dengan guru-guru lainnya.

teaching science (dokpri)
teaching science (dokpri)

Jadi setiap sekolah peraturannya berbeda-beda. 

Bagaimana menyikapi pro dan kontra tentang pemberian kado kepada guru saat kenaikan kelas/kelulusan?

1. Sekolah mengadakan meeting dengan PTA (Parent Teacher Association) atau Komite Sekolah

Setiap sekolah pasti ada Komite Sekolahnya atau PTA yang bertujuan untuk menampung aspirasi, kebutuhan, informasi dan masalah yang dihadapi oleh siswa dalam lingkungan sekolah.

Komite sekolah adalah perwakilan orangtua dalam mengajukan usul, masukan atau memberikan informasi kepada pihak sekolah demikian juga sebaliknya dari pihak sekolah terhadap orangtua. 

Dalam hal ini, sekolah mengajak orangtua untuk meeting bersama membicarakan tentang pemberian kado kepada guru saat kenaikan kelas.

Hal ini dapat dilakukan ketika awal tahun ajaran pendidikan, sehingga tidak ada komplain di akhir tahun ajaran tentang pemberian kado terhadap guru saat kenaikan kelas, jika sudah dibicarakan di awal pertemuan dengan PTA (Komite Sekolah)

2. Komite Sekolah akan berdiskusi dengan orang tua murid yang lain ketika mendapatkan informasi seputar pemberian kado tersebut, di masing-masing group orang tua murid, sesuai dengan jenjang kelasnya masing-masing, jika anaknya SD group orangtua murid kelas 1 - 6 hingga ke jenjang SMU. 

3. Keputusan yang diambil haruslah keputusan suara terbanyak dan diputuskan bersama melalui musyawarah untuk mendapatkan hasil keputusan yang tepat. 

4. Jika keputusan dengan suara terbanyak tidak sepakat dengan pemberian kado terhadap guru, maka diskusi tidak perlu lagi dilanjutkan. Komite Sekolah menyampaikan kepada pihak sekolah bahwa orang tua murid tidak setuju memberikan hadiah/kado kepada guru-guru di sekolah. 

5. Jika memang hasil keputusan suara terbanyak bersedia memberikan kado/hadiah sebagai ungkapan terima kasih orang tua murid yang telah mendidik dan mengajar anak-anak mereka dengan baik di sekolah maka diskusi masih harus berlanjut.

Guru siapa yang akan diberikan? Apakah semua guru atau hanya wali kelas saja? Hadiah/Kado berupa apa? Benda, makanan, uang atau yang lain?

6. Nah, jika semua orang tua murid setuju memberikan kado kepada guru-guru, maka orangtua akan dengan sendirinya mengalokasikan dana bersama untuk kado tersebut, jadi tidak secara pribadi lagi memberikan, namun satu kado dari seluruh orang tua murid untuk para guru. 

7. Jika sudah ada kesepakatan dari seluruh orang tua murid melalui musyawarah untuk mufakat, maka tidak ada lagi tanggapan, guru akan membeda-bedakan anak murid, karena seluruh orangtua murid ikut dalam memberikan hadiah tersebut. Guru merasa nyaman atas pemberian orangtua murid dan tidak akan ada tuntutan di belakang atas kado yang diberikan.

Tidak ada kesenjangan diantara guru karena semua hadiahnya sama, walaupun mungkin orang tua pasti memikirkan hadiah yang lebih untuk wali kelas anak tersebut. Tetapi kembali lagi, semua pemberian hadiah dari orangtua murid atas kesepakatan orang tua murid, tidak ada pemberian secara pribadi. 

Jika sudah terjadi kesepakatan diantara orang tua murid, maka hadiah yang diberikan saat akhir tahun ajaran bukan lagi sebagai beban terhadap orang tua murid, tetapi lebih kepada ungkapan terima kasih telah mendidik dan memperhatikan anak-anak mereka. 

Kesepakatan yang diambil secara musyawarah mufakat menjadi dasar dari pemberian kado terhadap guru ketika kenaikan kelas, bukan lagi atas keinginan orang tua murid secara pribadi, namun lebih kepada kebersamaan dan ungkapan terima kasih. 

dokpri
dokpri

Namun bagaimana dengan guru yang mendapatkan hadiah/kado dari orang tua murid? Apakah mereka senang, bahagia atau biasa-biasa saja?

Tidak semua guru ketika menerima pemberian orang tua murid secara pribadi menyakai pemberian kado tersebut, mungkin saja ada makna dibalik pemberian ketika ada orang tua secara pribadi memberikan kado. Bisa jadi agar anaknya lebih diperhatikan ketika belajar, atau lebih memperhatikan nilai anaknya, atau menganakemaskan anaknya di kelas. 

Guru yang bijak tidak akan menerima pemberian orang tua murid dengan makna terselubung, karena itu tidak semua pemberian juga disukai oleh guru, sekalipun gaji guru tidaklah besar. 

Mungkin hanya beberapa guru saja yang telah mempunya gaji yang lumayan, karena pengalaman yang sudah puluhan tahun mengajar, bisa juga karena sudah mendapatkan sertifikasi guru atau ASN, bisa juga karena mengajar di sekolah-sekolah internasional dengan tuntutan pengajaran yang sangat tinggi.

Jika ada orangtua murid secara pribadi memberikan kado kepada seorang guru atas niat yang terselubung, itu jatuhnya menjadi sogokan, menyogok guru agar lebih peduli terhadap anaknya. 

Sebagai guru yang bijaksana seharusnya pemberian itu ditolak karena setiap murid-muridnya adalah spesial dan semua diperlakukan sama, tidak ada anak emas atau anak tiri, semua sama dihadapan guru.

Guru akan selalu support anak didiknya dengan talenta mereka masing-masing. Setiap didikan dan ajaran yang diberikan oleh guru akan diingat oleh anak muridnya kelak.

Menjadi guru yang digugu dan ditiru tidaklah mudah, karena mendidik manusia. Manusia bergerak, berfikir dan bertumbuh. Setiap tahun ada pertumbuhan dan kecerdasan secara akademik, emosi dan spiritual yang berkembang.

Kebahagiaan guru bukanlah terletak dari kado/pemberian orang tua murid setiap tahun, namun kepada pertumbuhan dan perkembangan anak didik mereka secara akademik, spritual dan emosi. 

Melihat anak didik mereka berhasil dalam hidupnya sesuai dengan talenta dan kemampuan anak didiknya adalah kebahagiaan tersendiri bagai seorang guru, walalupun terkadang guru dilupakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun