Jakarta....! Mudah mendapatkan pekerjaan, jika mau menerima pekerjaan apa saja. Siapa yang berkata sulit mendapatkan pekerjaan? Coba saja pergi ke pasar, jadi kuli panggul, atau bantu para pedagang angkat bararng-barangnya, atau jadi server di restoran atau apa saja yang penting halal. Pada umumnya orang yang mau mengerjakan pekerjaan apa saja di Jakarta tanpa gengsi pasti berhasil.Â
Jakarta...! Penuh dengan sekolah dan guru yang berkualitas. Tergantung keuangan kita, mau memilih sekolah seperti apa dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan. Guru-guru di Jakarta banyak yang berpendidikan tinggi mulai dari Sarjana hingga Doktor.
Jangan heran di sekolah-sekolah international, banyak bertemu dengan guru-guru berpendidikan tinggi seperti S2 dan S3. Sekolah dengan guru yang berkualitas dan inovatif akan mendidik anak bangsa menjadi berkualitas juga.
Jakarta...! Majemuk, tempat berbagai budaya, agama dan ras yang harus saling menghargai satu sama lain.
Jakarta...! Dengan tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi. Pergi kerja di pagi hari matahari belum terbit dan pulang kerja di malam hari matahari sudah terbenam. Hal itu sudah tidak mengherankan lagi bagi masyarakat Jakarta dan telah menjadi kebiasaan yang sudah dinikmati.
Jakarta...! Banyak ditemukan kejahatan. Mulai dari copet di transportasi umum hingga penjahat kelas kakap sampai pembunuhan. Saya sendiri yang sudah lama tinggal di Jakarta masih bisa kena kena copet baru-baru ini di Comuter Line. Namun yang diambil pencurinya adalah kacang yang seharusnya sebagai snack untuk acara halal bihalal para kompasiner Jakarta saat itu.
Ada banyak hal yang menjadi daya tarik kota Jakarta bagi masyarakat daerah. Sejujurnya kitapun mungkin dulu mempunyai paradigma meraih kesuksesan di Jakarta dan bisa jadi pemikiran ini jugalah yang dimiliki oleh mereka yang ingin hijrah ke Jakarta.
Mengapa pemuda dan pemudi ingin hijrah ke Jakarta setiap tahun khususnya setelah lebaran Idul Fitri?Â
Daya tarik Jakarta itu luar biasa mempesona khususnya ketika ada perantau yang mudik saat libur Lebaran Idul Fitri, melihat mereka sudah sukses, penghasilan menjanjikan dan juga mendengarkan cerita sang perantau tentang keberhasilan mereka. Sementara mereka yang sudah lama bekerja di kampung tidak sesukses perantau yang pulang kampung.