Minyak goreng menjadi kebutuhan rumah tangga. Setiap rumah tangga mungkin akan membutuhkan 2 - 5 liter minyak goreng perbulan, tergantung dari pemakainnya.
Penggunaan minyak goreng yang baru mempengaruhi cita rasa masakan. Masakan lebih segar, wangi dan gurih. Warnanya juga lebih cerah dan bersih.
Namun jika minyak yang digunakan berkali-kali atau disebut dengan minyak jelantah, makanan yang digorengpun warnanya lebih kecoklatan dan sudah tidak tercium lagi wangi dari minyaknya.
Bahaya menggunakan minyak jelantah berulang-ulang
Penggunaan minyak goreng berkali-kali dapat memicu terjadinya proses oksidasi yang menghasikan radikal bebas dan senyawa-senyawa teroksida.Â
Senyawa radikal bebas dan teroksida ini kalau terkonsumsi dapat menyerang sel-sel yang sehat dan menghasilkan sel-sel yang tidak normal atau sel kanker. Seperti kanker laring.Â
Salah satu pemicu sel kanker laring karena mengkonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak jelantah yang berulang kali sehingga membuat tenggorokan terasa gatal.Â
Jika terlalu sering mengkonsumsi makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak jelantah berulang kali menyebabkan kanker pada daerah tenggorokan, dan kalau tertelan kemudian masuk ke dalam sistem pencernaan yang dapat menyebabkan kanker usus. Jika sudah masuk ke dalam sistem percernaan sel-sel jaringan tersebut akan diserang oleh senyawa-senyawa radikal bebas.
Minyak jelantah tidak hanya meningkatkan resiko kanker juga, dapat meningkatkan penyakit degeneratif seperti Parkinson atau Alzheimer. Hal ini diakibatkan kandungan senyawa organik aldehid yang bisa berubah menjadi senyawa karsinogen, zat pemicu kanker pada tubuh manusia.Â
Dalam reaksi kimia, aldehid sebagai pereaksi dalam berbagai reaksi kimia organik, termasuk reaksi oksidasi, reduksi, dan kondensasi. Aldehid adalah senyawa yang dapat membantu membuat pewarna dan asam organik, serta pewangi untuk cologne, deterjen, dan sabun.