Mohon tunggu...
Taruli Basa
Taruli Basa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Auroraindonet.com

Penulis buku 12 Aktivitas Menyenangkan Penerbit Grasindo, buku IMAGO DEI (Segambar dan serupa dengan Allah) tentang perjalanan missi ke daerah, buku mata pelajaran TK, penulis narasi, cerita pendek dan juga puisi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

International Women's Day

8 Maret 2024   21:01 Diperbarui: 8 Maret 2024   21:04 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari ini, tanggal 8 Maret 2024, dirayakan sebagai International Women's Day yang diperingati untuk menghargai perempuan, memperingati perjuangan perempuan dalam meraih hak-hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pahlawan perempuan Indonesia yang memperjuangkan perempuan agar dapat memiliki hak yang sama dengan pria dalam berbagai bidang adalah Ibu R.A. Kartini. 

R.A. Kartini menuliskan tentang cita-citanya untuk memajukan kaum wanita, harapan-harapanya dan perjalanan hidupnya yang yang dia tujukan kepada saudari dan sahabat-sahabatnya yang dibukukan dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Tidak dapat dibayangkan jika tidak ada perjuangan dari seorang ibu R.A. Kartini terhadap perempuan. Perjuangan R.A.Kartinipun masih tetap terus berlanjut hingga hari ini, karena masih banyak perempuan yang mengalami tindak kekerasan baik dalam rumah tangga, pekerjaan maupun dalam masyarakat. 

Perempuan sering mengalami tindak kekerasan baik dalam rumah tangga, pekerjaan, masyarakat bahkan saat berpacaran. Banyak perempuan yang mengalami  psikosomatis akibat dari tindak kekerasan tersebut dan harus membutuhkan pemulihan bahkan sampai butuh seorang psikolog untuk menangani dampak negatif dari tindakan kekerasan, pelecehan sex dan underestimate  terhadap kaum perempuan. 

Psikosomatis adalah hubungan antara psikis yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh atau sebaliknya. Seseorang yang sudah mengalami psikosomatis berdampak pada faktor psikologisnya seperti mengalami depresi dan trauma. Trauma dan depresi sulit untuk disembuhkan, hanya kekuatan dari diri penderita untuk pulih yang dapat mengobatinya dan jika dia lemah dapat mengakibatkan sakit jiwa dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Betapa mengerikan tindakan kekerasan dan pelecehan sex yang dialami oleh perempuan. 

Dalam tahap berpacaran, jika seorang perempuan telah mengalami kekerasan dari pacarnya, lebih baik ditinggalkan, jangan "bucin", ingat yang menderita kelak adalah diri sendiri. Jika masih saat pacaran sudah mau melakukan tindakan kekerasan atau pelecehan sex mengatasnamakan cinta, itu tidak disebut dengan cinta, tetapi nafsu birahi dan over power. 

Jika seorang pria berani mengancam akan meninggalkan seorang perempuan saat tahap berpacaran silahkan ditinggalkan, biarkanlah wahai kau perempuan dia pergi, jangan menangisinya dan jadilah kuat. Wahai perempuan jadilah bijak, jangan "bucin", lebih baik menunggu lama daripada menikah dengan pria yang tidak dapat menghargaimu, karena jika sampai ke jenjang pernikahan maka pertengkaran bahkan perceraian akan menjadi dampak dari tindak kekerasan dan pelecehan sex yang dilakukan.  

Dalam tahap berpacaran, mintalah nasehat dan diskusilah dengan orangtua atau yang lebih dewasa dalam menilai pasangan hidup kita. Sebisa mungkin ada restu dari orangtua kita, jika kita sudah memutuskan untuk menikah dengan pria yang menjadi pacar kita saat itu. Ingat jangan "bucin". 

Jika seorang pria sudah berani menguasai diri seorang perempuan mengatas namakan "cinta", mengatur ini dan itu, tidak boleh ini dan itu, dan tidak diberikan ruang gerak yang bebas untuk berkarya demi kepentingan dirinya sendiri, maka pilihan ada di tangan perempuan sendiri, leave or stay. Leave to get your freedom or stay to get much more suffering. You're not an object or robot but human beings. You're the first person who respect yourself first. 

Memang saat jatuh cinta susah orang dinasehati, tetapi mintalah hikmat Tuhan dan pakai logika berfikir, karena yang menanggung baik, burukunya ke depan adalah diri sendiri. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, lebih baik diputuskan karena itu bukanlah hubungan yang sehat. Jika dikatakan dia akan segera berubah jangan mudah percaya karena untuk mengubah karakter dibutuhkan waktu  tahunan dengan melakukan tindakan displin pertobatan secara teratur selama 21 hari. 

Lewat masa 21 hari, jika terus dilakukan dengan disiplin maka akan menjadi kebiasaan dan berhasil. Nah permasalahannya jika tidak serius dan mempunyai niat yang kuat, maka karakter yang sudah permanen tidak bisa lagi dipulihkan, hanya proses hidup yang fatal yang dapat mengubahnya seperti masuk sel penjara. 

Ada banyak perempuan yang menderita dalam keluarga, mempertahankan pernikahan walaupun menderita, walaupun diselingkuhi dan anehnya pelakornya adalah perempuan juga. Kadang memang dunia ini membingungkan sudah tahu bahwa perempuan itu sering dijadikan objek tetapi masih mau saja perempuan menjadi "pelakor". 

Banyak ditemukan kasus-kasus perselingkuhan seperti ini. Seorang pelakor juga mungkin ada latar belakang menjadi seorang pelakor, bisa juga untuk balas dendam terhadap pria mengganggu rumah tangga pria, setelah hancur baru ditinggalkan prianya, bisa juga memang sudah tabiatnya, bisa juga karena harta ingin hidup mewah tanpa bekerja. 

Banyak yang dapat dijadikan alasan untuk menjadi seorang pelakor. Tetapi jika dia seorang perempuan terhormat, mau dia disakiti seorang priapun dia tiadak akan mau jadi seorang pelakor, dia akan menjaga harga dirinya daripada memilih jalan yang salah. Masih ada pria yang dapat menghargainya daripada harus menjadi seorang pelakor. Dapat memilih yang benar dengan berkarya lebih banyak. 

Balas dendam terbaik terhadap seseorang adalah dengan menjadikan hidup kita menjadi lebih baik, menghasilkan karya, berdampak bagi masyarakat dan sukses. Banyak wanita yang sudah sukses saat ini tetapi bukan juga karena balas dendam ya, tetapi karena mereka telah mencapai  impian mereka, ada yang menjadi pimpinan dalam perusahaan, menteri, presiden dan anggota parlemen baik di Indonesia maupun di luar negeri. Seperti Presiden pertama di Asia adalah: Corazon Aquino dari negara Filipina yang menjabat dari tahun 1986 - 1992. 

Untuk Indonesia sendiri Presiden perempuan pertama adalah Megawati Soekarnoputri  yang menjabat dari tahun 2001-2004.

Untuk menteri perempuan pertama di Indonesia adalah ibu Maria Ulfah bertugas sejak 12 Maret 1946, di masa pemerintahan Kabinet Sjahrir II. Ibu Maria Ulfah juga adalah seorang yang memperjuangkan hak-hak wanita pada masa pemerintahan kabinet Sjahrir II. 

Untuk menteri perempuan kita sekarangpun sudah lebih dari satu. Ada Ibu Sri Mulyani yang sudah tidak asing lagi namanya Menteri Keuangan.

Ibu Tri Rismaharini yang akrab dipanggil ibu Risma sebagai Menteri Sosial dan telah mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Pernah juga menjabat sebagai  Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2010) dan Wali Kota Surabaya (2010—2015; 2016—2020).

Ibu Siti Nurbaya Bakar sebagai Menteri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Kabinet Indonesia Maju 2019-2024.

Ibu Retno Marsudi yang tidak kalah tenarnya dengan ibu Sri Mulyani sebagai perempuan pertama Menteri Luar Negeri,  di Indonesia. Sebelum diangkat menjadi menteri, beliau  Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda di Den Haag dan pernah menjadi diplomat di Norwegia dan Islandia pada tahun 2005.

Ibu Ida Fauziyah sebagai Menteri sebagai Menteri Ketenagakerjaan dan ibu I Gusti Ayu Bintang Darmawati sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), merupakan perempuan pertama dari Bali. 

Perempuan sekalipun dia mempunyai jabatan jika dia sudah mempunyai keluarga, naluri keibuannya sebagai seorang ibu terhadap anak-anaknya pasti akan terlihat. Anak adalah harta yang sangat berharga bagi seorang ibu. Demikian juga tanggungjawab sebagai seorang isteri. Isteri yang cakap tentunya pria yang cakap juga yang memilikinya. 

Ia lebih berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia mengasihi suaminya apa adanya bukan karena ada apanya. 

Nah bagaimana dengan kita sebagai perempuan? Apakah kita juga turut ambil bagian untuk menciptakan karya nyata dalam memajukan bangsa dan negara kita? Mari bersama memajukan bangsa ini tanpa melihat "gender" dengan keahlian kita masing-masing. Happy International Women's Day

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun