Mohon tunggu...
Taruli Basa
Taruli Basa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Auroraindonet.com

Penulis buku 12 Aktivitas Menyenangkan Penerbit Grasindo, buku IMAGO DEI (Segambar dan serupa dengan Allah) tentang perjalanan missi ke daerah, buku mata pelajaran TK, penulis narasi, cerita pendek dan juga puisi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Merindu

1 Desember 2021   22:05 Diperbarui: 1 Desember 2021   23:41 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap hari kamarku harum mama, harum bawang putih, harum minyak-minyakmu untuk mengurutmu setiap malam, aku rindu dengan semua ini. Terkadang di saat kami ada waktu weekend, kami membawamu ke twenty one setelah itu kita makan di resto. 

Engkau sangat senang ngemall, suka makan di resto, suka nonton, saat dimana aku bersamamu menonton berdua, engkau selalu berkata, kalau bisa adalah waktumu menemani mama nonton setidaknya dua kali seminggu dan hal itupun saya usahakan mama. Mengenangmu membuatku mengingat semua kenangan itu bersama. 

Di saat engkau operasi kanker hati, pertama sekali engkau dioperasi di usia tujuh puluhan, engkau sangat takut mama, sanking takutmu, yang harusnya keluarga tidak dapat masuk ruang ICU, perawatpun mengijinkanku untuk masuk agar engkau tenang, padahal kami semua ada di luar menunggu mama pulih. 

Saat malam hari tinggal saya sendirian menunggumu di ruang ICU, tidur bersama keluarga pasien lainnya di ruang tunggu, aku menikmati semuanya mama, aku tidak pernah sakit menjalani semua pengobatanmu, entah saya tidur di lantai, di sofa, di kursi, di luar, melihat kematian para pasien yang tiba-tiba, yang mengganggu emosiku juga, kadang merasakan takut melihat kematian di RS, semua saya alami saat menjagamu. Engkau akan bangga, dan wajahmu akan bersinar tersenyunm saat saya menyuapimu memberikanmu maka, melayanimu. Bahagiamu sumringah ketika orang-orang berkat, baik banget anaknya ya bu, engkau tersenyum bahagia.

Mama, aku merindukanmu, nasehat-nasehatmu selalu kami ingat, teladanmu telah menguatkan kami untuk terus melangkah, walaupun ada luka karena kepergianmu. 

Kebodohanku terjadi, ketika aku selalu mengingatmu, cintamu begitu dalam untukku mama, air mataku tidak dapat berhenti jika mengingatmu. 

Di saat kepergianmu,  untuk kesekian kalinya kami bolak-balik RS dan IGD, kaka, abang dan adik kami semua bergantian menjagamu di IGD, kami bergiliran tidur. Aku memang tidak pernah peka, karena saat engkau di IGD, samar-sama saya sudah melihat ada berpakaian putih di ujung tempat tidurmu berdiri seperti malaikat, tetapi aku menepiskan dan menganggap bahwa itu adalah dokter dan saat itupun kakak sudah menyampaikan, jika ada mama lihat yang berpakaian putih mengajak mama pergi, taruh kepala mama sebelah kanan ya mama, tetap kepala mama disebelaha kanan, jangan kekiri. 

Mamaku menganggukkan kepalanya. Kamipun pulang ke rumah dan giliran jaga mama saat itu adik kami. Setelah jam dua pagi dini hari, aku ingin ke RS, aku terbangun, ingin cepat-cepat pergi, tetapi aku tidak dapat melawan kantukku karena sudah hampir dua minggu tidurku hanya terhitung jam. Di saat itu, kakakupun terbangun, dia menyampaikan, agar aku merelakan mama pergi. 

Dia menunggumu agar kamu merelakan mama pergi, mama itu sudah sakit, relakanlah kepergian mama. Aku menangis, harus ikhlas dek,kata kakaku,  saat jam tiga pagi, aku masih gelisah dan akupun berdoa pada jam empat pagi sambil menangis, jadilah Tuhan kehendakMu kepada mama kami, karena sebelumnya saya komunikasi dengan pendeta kami, mengatakan, kamu harus merelakan mama, agar mama pergi dengan ikhlas. Pagi jam enampun kami terima kabar, bahwa mama kami sudah pergi. 

Sekalipun mama telah pergi, tetapi kenangannya masih selalu ada di dalam hati ini. Kita mengetahui bahwa perpisahan yang paling menyakitkan itu adalah perpisahan dengan orang yang sangat kita cintai, berpisah karena kematian, karena kita tidak dapat lagi bertemu dengannya. 

Selagi orangtua kita masih hidup, hargai, cintai, kasihi dan perhatikanlah orangtua kita, agar kita jangan menyesal ketika mereka telah pergi bahwa kita belum berbuat apa-apa untuk mereka. Harta yang paling berharga dalam kehidupan orangtua adalah anak-anak yang berbakti dan menyangani orangtuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun