Aku tidak tahu apa artinya, setelah kepergianmu baru aku menyadari, engkau telah memberikan tanda perpisahan kepadaku. Mama maafkan aku, karena aku terlalu bersemangat memotivasimu untuk sembuh, sehingga saya menepiskan bahwa itu adalah salam perpisahan.Â
Walaupun kaka telah mengingatkanku, bahwa waktu mama tinggal beberapa hari lagi, karena dia sudah melihat tanda-tanda kepergianmu.Â
Tanda-tanda kepergianmu sama seperti tanda-tanda kepergian almarhum abang ipar, tetapi saya menepiskan dan memarahinya mama, aku tidak rela, bahkan hingga saat inipun air mataku tidak pernah berhenti saat mengingatmu, begitu melekatnya aku denganmu, seperti lem perekat dengan kertas. Saat kertas dipisahkan dari lem, akan sobek, demikian juga hatiku, koyak hingga ada luka. Luka ini begitu dalam. Perjuangan selama lima tahun, mama meninggalkan kenangan yang banyak untukku, aku terluka karena berpisah selamanya, walau aku tahu bahwa aku tidak boleh terlalu lama larut dalam luka ini. Aku selalu mencoba dan mencoba, tetapi aku masih gagal.Â
Kala itu, di tempat tidur ,mama berbaring dengan infus, aku selalu menjagamu tanpa memperdulikan diriku sendiri. Saya sudah bertekad tidak akan pernah tidur sebelum pagi menjelang, itu karena aku takut kehilanganmu mama di malam hari.Â
Engkau terkadang menyuruhku untuk tidur, tetapi saya selalu menjawab, masih ada yang harus kukerjakan mama, saya berpura-pura sibuk dengan laptop sambil berkata, mama tidurlah ya, aku tidak apa-apa ko.Â
Kerjaanku masih banyak, padahal saya nonton drakor agar mataku melotot dan terjaga hingga pagi. Terkadang saya masak, bolu kukus dipagi jam dua dini hari, agar saat engkau terbangun pagi-pagi dapat makan bolu hangat-hangat atau si kaka yang akan menyediakan sarapanmu di pagi hari. Engkau tidak mau dijaga oleh suster, harus tangan anak-anakmu yang merawatmu mama, engkau memang sunggu luar biasa.Â
Sepanjang sejarah disitulah saya merasakan tidak tidur berhari-hari, tetapi saya tidak pernah sakit dan tidak pernah badannya berat, karena aku sayang banget samamu mama, sepertinya cintaku melebihi dari apapun.Â
Walau aku tahu, aku memiliki banyak kesalahan yang mungkin hingga engkau pergi kepada Allah Bapa di sorga, aku belum dapat membuat hatimu bahagia, aku belum dapat memberikan apa yang mama rindukan selama ini, tetapi kehendak kita bukanlah kehendak Bapa di sorga.
Mama ada banyak hal yang kami ingat darimu, salah satunya...kedisiplinanmu yang tidak ada mengalahkan dalam segala hal.Â
Setiap jam lima pagi engkau telah bangun dan berdoa, jalan pagi, dikala sehat, sarapan harus jam tujuh pagi tidak boleh lewat, minum teh manis, minuman kesukaanmu, jam sembilan pagi minum jus, dan mulai menelpon teman-teman lansiamu dan keluarga-keluarga di kampung hingga sore, jam sepuluh pagi makan snack, jam dua belas makan siang, jam tiga sore minum susu, jam empat makan snack sore, jam enam makan malam, sebelum tidur engkau selalu membaca Alkitab dan menyanyikan lagu Buku Ende sebanyak tiga hingga empat lagu, setelah itu jam sembilan malam engkau pun tidur.Â
Ketika engkau merasakan sakit, suaramu akan memanggilku, ambilkan bawang putih dulu nak, atau iriskan dulu kunyit untuk mama makan.Â