Mohon tunggu...
Grace Paramitha
Grace Paramitha Mohon Tunggu... Lainnya - Communication Student

Selamat membaca! Semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengupas Film Sang Penari Melalui Kehidupan Srintil Si Penari Ronggeng

19 Oktober 2020   13:39 Diperbarui: 31 Maret 2023   13:14 2135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan dalam film Sang Penari| Dok Salto Film via majalahcobra.com

Selain itu, teori ini menolak setiap usaha untuk menghilangkan status quo. Status quo harus dipertahankan. Hal itu dapat terlihat dari tradisi ronggeng yang tetap dipertahankan di Dukuh Paruk. Tradisi-tradisi mengenai ronggeng juga tetap dipertahankan, seperti tradisi bukak klambu. 

Warga Dukuh Paruk masih sangat mempercayai tradisi bahwa jika berhasil tidur dengan penari ronggeng alias Srintil maka akan mendapatkan kesuksesan dan kesuburan. Tubuh Srintil bagaikan suatu hal yang dapat mereka miliki bersama.

Proses Produksi

Salah satu adegan dalam film Sang Penari| Dok Salto Film via majalahcobra.com
Salah satu adegan dalam film Sang Penari| Dok Salto Film via majalahcobra.com

Film Sang Penari merupakan sebuah film yang terinspirasi dari novel karya Ahmad Tohari berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk". Novel tersebut cukup terkenal pada tahun 80-an, sedangkan filmnya baru dirilis pada 10 November 2011.

Film ini diproduksi di Indonesia dan memiliki latar waktu tahun 1960-an. Dapat dilihat dalam film ini bagaimana cerminan keluarga atau suami istri di Indonesia khususnya di daerah pedesaan pada tahun 1960-an.

Film Sang Penari diproduseri oleh Shanty Harmayn, sutradaranya adalah Ifa Isfansyah dan naskahnya ditulis oleh Ifa Isfansyah, Salman Aristo, dan Shanty Harmayn (Kodrati, 2011). Film ini diperankan oleh Oka Antara sebagai Rasus dan Prisia Nasution sebagai Srintil. Film ini juga turut dibintangi oleh Slamet Rahardjo, Lukman Sardi, dan Happy Salma (Kodrati, 2011).

Sang Sutradara, Ifa, menginginkan saat proses shooting, pemain utama sudah tidak akting tetapi benar-benar menjadi si tokoh itu. Hingga pada saat akan shooting, baru Ifa percaya bahwa Prisia Nasution adalah Srintil (Majalah Cobra, 2011). 

Ifa menginginkan proses shooting yang alami karena ceritanya memang tidak dibuat-buat, cerita orang desa yang masih murni, cintanya belum terkontaminasi hal-hal lain hingga akhirnya politik datang. Maka dari itu, Ifa ingin merekam dan menggambarkan cerita ini dengan bentuk yang sangat simpel serta teknis yang sesimpel mungkin (Majalah Cobra, 2011).

Lokasi pengambilan gambar untuk film Sang Penari dilakukan di wilayah Banyumas, Tegal dan Purwokerto, Jawa Tengah (Kodrati, 2011). Menurut Yadi yang merupakan sang cameraman, lokasi tempat shooting film ini merupakan daerah yang miskin dan tidak ada listrik (Kodrati, 2011).

Proses shooting Sang Penari dapat dilihat di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun