Mohon tunggu...
Gouw Aij Lien
Gouw Aij Lien Mohon Tunggu... Psikolog - psikolog klinis

gouw aij lien

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terapi Ekspresif: Praktik dan Manfaatnya

13 Oktober 2021   12:38 Diperbarui: 13 Oktober 2021   12:45 2987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian, berbeda kontras dengan terapi yang semata-mata verbal, metode terapi  ekspresif melibatkan partisipasi aktif dari klien dengan maksud, tujuan tertentu individu dan sering dilengkapi dengan intervensi  verbal. Sebagai hasilnya, pendekatan ini mendorong klien untuk ikut serta dalam suatu proses ekspresi-diri dengan mengkomunikasikan secara objektif pikiran, perasaan, pengalaman dan persepsi dalam cara yang tidak selalu dicapai dengan kata-kata saja.

Terapi ekspresif dikenal sebagai suatu terapi dalam konseling dan psikoterapi dimana klien dapat mengkomunikasikan dan mengekspresikan perasaan perasaan dan pemikiran-pemikirannya melalui aktifitas yang berkaitan dengan seni, musik, tari-tarian, drama, puisi serta permainan.

Pengertian Terapi Ekspresif

Psikologi mendefinisikan Terapi Ekspresif didefinisikan sebagai "terapi tindakan" (Weiner, 1999) karena terapi ini merupakan metode action-oriented dimana klien mengaksplorasi isu, masalahnya dan mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.

Cathy A Malchiodi (2005) mengemukakan istilah ekspresif terapi atau expressive arts therapy didefinisikan sebagai penggunaan seni, musik, tari, gerakan, drama, puisi, tulisan kreatif, bermain dan kotak pasir (sandtray) dalam konteks psikoterapi, konseling, rehabilitasi atau pemeliharaan kesehatan (health care). Disamping itu, terapi ekspresif kadang ditunjukkan sebagai "pendekatan integratif" (Integrative approaches) saat digunakan dengan maksud tertentu dalam kombinasi dalam treatment.

Sejarah Singkat Terapi Ekspresif

McNiff (1981, 1992) mengemukakan bahwa seni secara konsisten sudah menjadi bagian dari kehidupan sebagai mana penyembuhan (healing)  sepanjang sejarah manusia. Sekarang  ini terapi ekspresif memiliki peran yang semakin diakui dalam kesehatan, rehabilitasi dan penanganan gangguan mental. 

Meskipun demikian, sebagaimana McNiff mengamati, terapi terapi ini sudah digunakan sejak purbakala sebagai bentuk treatment  preventif dan reparatif. Sebagai contoh, orang orang Mesir dilaporkan mendorong orang dengan penyakit mental untuk menggunakan danikut terlibat dalam aktifitas artistik (Fleshman & Fryrear, 1981); orang Yunani menggunakan drama dan musik untuk kegiatan reparatif (Gladding, 1992); cerita Raja Saul dalam Alkitab menjelaskan atribut musik  yang menenangkan.  Ide penggunaan seni sebagai suatu tambahan untuk treatment medis muncul dalam periode akhir 1800 sampai 1900. 

Selama masa ini mulai ada gerakan untuk menyediakan treatment yang lebih manusiawi bagi orang dengan penyakit mental  dan "terapi moral", melibatkan seni dalam treatment. (Fleshman & Fryrear, 1981). Joseph Moreno (1923), penemu psikodrama, mengusulkan penggunaan enactment sebagai suatu cara untuk memulihkan kesehatan mental. Moreno juga menjelaskan penggunaan latihan peran dan "monodrama" (dalam mana seorang partisipan memainkan semua bagian dari dirinya). 

Terakhir, bidang  terapi bermain pasir, kotak pasir, dan fondasi dari terapi bermain dipresentasikan dalam "World Technique" oleh Margaret Lowenfeld  pada tahun 1920an. (Lowenfeld, 1969). Lowenfeld memulai training nya sebagai seorang dokter anak dan kemudian mulai melakukan observasi mengenai permainan anak anak, mengembangkan suatu metode penggunaan mainan untuk memahami aspek psikososial  klien anak.

Terapi seni kreatif dikenal lebih luas selama tahun 1930 dan 1940 an saat para psikoterapis dan artis mulai menyadari bahwa ekspresi diri melalui metode nonverbal seperti melukis, membuat musik  atau gerakan dapat membantu bagi orang orang dengan penyakit mental yang parah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun