Dengan penuh keingintahuan, saya kembali bertanya pada Bude Titik. "Bude, apa tradisi Syawalan isinya cuma makan ketupat aja?" "Engga, sayang. Pas Syawalan juga ada ritual Dilarung, kaya ngasih sesajian ke tengah laut. Semacam bentuk ucapan syukur, ngasih lagi hasil bumi buat leluhur. Katanya sih biar aman dan selamat. Itu dilakuin sama warga setempat yang masih ngerti adat aja. Bude sendiri ga pernah ikut begituan, cuma liat dari jauh. Udah jadi destinasi wisata malah," ujar Bude Titik.
Lebaran Idul Fitri di Tulungagung tidak semeriah di kota-kota besar lain di Indonesia. Tidak ada perayaan tertentu. Setiap rumah menyediakan kue-kue seperti madumongso dan dodol, dan atau menghidangkan opor dan nasi kuning. Puncak kemeriahan perayaan Idul Fitri di Tulungagung terletak saat Syawalan atau seminggu setelah puasa berakhir.
Berbagai keunikan tradisi perayaan Idul Fitri menunjukkan dorongan hati yang sama; semangat kebersamaan dan kedamaian. Tradisi Idul Fitri menjadi pengingat bahwa Idul Fitri bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga momen untuk mempererat tali persaudaraan, kearifan lokal dan memperkuat nilai-nilai luhur bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H