Mohon tunggu...
Sofyan Salim
Sofyan Salim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Proud to be a Muslim | Manusia "miskin," yang "rakus" Ilmu! |====================================| Blog :http://sofyanmsalim.blogspot.com/ |

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pancasila: Riwayatmu Kini!

25 September 2017   17:23 Diperbarui: 25 September 2017   17:53 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maka Kiai Abd. Kahar Moezakir mengusulkun untuk berdoa sebelum mencapai mufakat dalam permusyawaratan dengan mengatakan, "Tuan -- tuan anggota sekalian! Oleh karena kita menghadapi saat yang suci, baiklah kita mengheningkan cipta, supaya janganlah kita dipengaruhi oleh sesuatu hal yang tidak suci, tetapi dengan segala keikhlasan menghadapi keputusan tentang bentuk negara yang akan didirikan, dengan hati yang murni, yang tidak terpengaruh oleh sesuatu maksud yang tidak suci. Oleh karena itu saya mohon kepada tuan - tuan sekalian, sukalah Tuan - tuan sekalian berdiri di hadapan hadirat Allah subhanahuwataala untuk meminta doa [148]."

Lihatlah bagaimana para pendiri bangsa kita mempraktikkan nilai - nilai pancasila dalam proses perumusan dasar negara kita. Bahkan sebelum dasar negara itu disepakati mereka telah menunjukkan nilai - nilai tersebut. Bagaimana kenyataan saat ini saudara - saudara? Apakah para pemimpin kita di lembaga eksekutif (pemerintah) dan legislatif (parlemen) masih mempraktikkan nilai - nilai pancasila? Apakah ke-Tuhanan yang menurut Muh Yamin sebagai dasar budaya luhur bangsa Indonesia benar - benar dijiwai oleh para pemangku kita?

Bagaimakah jua masyarakat kita? Saya masih menyimpan optimisme dalam dada, bahwa masyarakat kita sebagian besarnya masih menjiwai nilai - nilai tersebut. Walaupun pada paraktinya masih belum sempurna dan paripurna. Pemerintah kita harus insyaf bahwa, nilai - nilai prinsip bernegara itu harus mereka jiwai agar kebijakan mereka tidak menindas kolompok yang lain, pula tidak membuat congkak kelompok yang lain. Lima dasar negara kita adalah jiwa dari rakyat dan bangsa ini, yang harus benar - benar dijiwai oleh kita semua. Jika tidak,  maka seperti Muhammad Yamin katakana "akan jatuh layu sebagai bunga patah di tangkai."

Praktik kehidupan bangsa kita saat ini, bisa terlihat dari tidak padunya antara elit politik atau kelompok politik yang satu terhadap elit atau kelompok yang lain. Tidak bersepakat antara elit atau kelompok yang satu dan yang lain melahirkan peraturan yang berulangkali di uji keabsahannya di Mahkamah Konstitusi. Praktik tersebut mengindikasikan bahwa kita sebenarnya belum menjiwai nilai - nilai dari dasar negara kita. Silahkan diamati berbagai peristiwa dan kebijakan di negeri ini, maka akan kita dapati ketidak sesuaiannya dengan dasar negara kita.

 

P.S: Tulisan dalam tanda kutip disadur dari buku RISALAH SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA -- USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI) PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (PPKI) 28 MEI 1945 -- 22 AGUSTUS 1945. Cetakan Pertama, Edisi Keempat, yang dikeluarkan oleh Sekretariat Negara RI Tahun 1998. Nomor halaman dari setiap kutipan dapat dilihat pada akhir kalimat dengan format italic/huruf miring.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun