Kemudian, muncul sinyalemen politik  dari Koalisi Besar yang menegaskan kepada PDIP bahwa, jika ingin bergabung dengan Koalisi Besar, maka tidak ada syarat untuk menempatkan diri sebagai Calon Presiden.
Namun demikian, sejak PDI-P mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden pada saat sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri 1444 H, dinamika Politik dan Konstelasi Koalisi Besar  sedang dilanda Badai Perubahan,  karena Megawati Soekarnoputri  juga sudah melakukan semacam Psywar  Politik  bahwa, PDI-P telah  mendeklarasikan Calon Presiden, dan  karena itu,  bagi Partai Politik yang mau bergabung, silahkan merapat ke PDI-P.
Megawati, Batu Karang Politik yang Melegenda
Megawati Soekarnoputri merupakan seorang politisi perempuan Indonesia yang sudah merasakan asam garam dan kerasnya permainan politik di Indonesia, dengan jam terbang yang relatif lama sebagai seorang politisi senior di Negeri ini.
Hal ini disebakan karena, Megawati pertama kali terjun ke  dunia politik pada  tahun 1987,  ketika  PDI sedang mencari figur yang dapat menjadi penarik massa untuk PDI.Â
Dasar pertimbangannya adalah bahwa, Â salah satu hal yang dianggap mampu menjadi perhatian khalayak waktu itu adalah dengan memunculkan dan memanfaatkan nama besar Bung Karno sebagai Presiden Republik Indonesia yang Pertama, sekaligus sebagai Proklamator Negara Kesatuan Republik Indonesia. Â
Oleh karena itu, maka diajaklah Megawati untuk membantu PDI guna lebih menambah bobot serta kualitas partai berlambang banteng  tersebut.
Peristiwa ini bagi keluarga Bung Karno sebenarnya masih dianggap sebagai hal yang  tabu. Sebab sejak tahun 1982, keluarga Soekarno bersepakat untuk bersama-sama membangun indonesia tanpa perlu mengikuti politik praktis apapun di salah satu golongan atau kekuatan sosial politik yang ada.
Meskipun demikian, menurut Catatan Majalah Tempo (22/12/1993) disebutkan  bahwa, terjunnya Megawati Soekarnoputri  di PDI itu dilakukan dengan alasan bahwa semua partai politik yang ada merupakan golongan yang berpegang teguh terhadap Pancasila.
Dengan demikian, Megawati memulai karir politiknya sebagai salah satu kader partai PDI Cabang Jakarta dan menempati posisi sebagai Ketua, dan sejak saat itu nama Megawati selalu dipasang dan digaungkan dalam setiap kampanye sehingga menarik banyak massa untuk mendukung PDI dalam merebut kekuasaan di pemerintahan.
Selama berada di PDIP, Megawati Soekarnoputri mengalami guncangan politik yang luar biasa, antara lain dengan Peristiwa 27 Juli 1996, disebut sebagai Peristiwa "Kudatuli" (akronim dari Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli), adalah peristiwa pengambilalihan secara paksa Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai oleh  pendukung Megawati Soekarnoputri.
Peristiwa penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi (Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan) serta dibantu oleh Aparat dari Kepolisian dan TNI.