Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita รจ bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Makna di Balik Kedatangan Paus Fransiskus di "Kota Jeans"

30 Mei 2017   04:46 Diperbarui: 30 Mei 2017   11:33 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Kunjungan Paus Fransiskus, FOTO: chiesadigenova.it

Kunjungan Paus Fransiskus ke kota Jeans hari Sabtu 27 Mei lalu meninggalkan pesan mendalam. Kunjungan itu membuka sejarah, kehidupan, dan suasana kota Jeans saat ini.

Kota Jeans atau Genoa dalam bahasa Indonesia dan Genova dalam bahasa Italia memiliki arti penting dalam sejarah Italia. Kota di Italia Utara ini termasuk dalam segitiga emas industri Italia. Bersama 2 kota lainnya, Genoa membentuk poros Milano-Torino-Genova. Tiga kota ini adalah gudangnya industri besar Italia.

Kota Genoa saat ini berpenduduk 583.983 orang. Mobilitas penduduk sebanyak ini berkait dengan penduduk lainnya yang terhubung dengan transportasi metropolitana di kota makanan ini. Dengan metropolitana, penduduk Genoa terhubung dengan penduduk di kota-kota sekitarnya. Jadinya, metropolitana pun mengangkut sekitar 1.510.000 orang setiap harinya.

Jumlah ini memang begitu banyak. Pekerjaan di Genoa membutuhkan banyak pekerja. Jangan heran, jika berbagai bidang baik di darat maupun di laut menjadi lapangan pekerjaan penduduk Genoa dan pendatang yang mencari pekerjaan tetap di kota ini. Selain industri yang terkenal, lapangan pekerjaan juga bisa ditemukan di bidang pariwisata, restoran, makanan, dan banyak bidang lainnya.

Paus Fransiskus dan Uskup Agung Genoa, Kardinal Bagnasco, FOTO: lapresse
Paus Fransiskus dan Uskup Agung Genoa, Kardinal Bagnasco, FOTO: lapresse
Jika tidak menemukan pekerjaan di darat, kota Genoa sudah menyiapkan lapangan pekerjaan di laut. Genoa memiliki pelabuhan terbesar dan terpenting di Italia. Di pelabuhan inilah banyak pekerja beraksi. Banyaknya pekerja pelabuhan membuat penduduk Genoa bertambah sehingga menjadi kota terpadat penduduk ke-6 di Italia dan ke-3 di Italia bagian Utara.

Saat tiba di kota ini, Paus Fransiskus menatap pelabuhan di kota Genoa. Ia ingat, kakek-neneknya dulu berangkat dari pelabuhan ini untuk memperbaiki hidup di negeri baru, Argentina. Paus Fransiskus adalah cucu dari keluarga yang berangkat dari pelabuhan ini pada lebih dari 1 abad yang lalu. Di sini, kakek-neneknya menunggu kapal setelah datang jauh-jauh dari kota Piemonte-Torino.

Bagi Paus Fransiskus, pelabuhan ini adalah bagian dari sejarah keluarganya. Sejarah ini juga kiranya menjadi bagian dari kehidupan ribuan bahkan jutaan pekerja dan penduduk Genoa saat ini. Sejarah ini pun menjadi perhatian Paus Fransiskus. Sejarah ini bagaikan cabang yang melekat dalam kehidupannya. Itulah sebabnya, cabang itu begitu kuat sehingga sulit dilupakan. Paus Fransiskus pun dengan senang hati merayakan Perayaan Ekaristi di piazza pelabuhan ini.

Perayaan ini bukan saja menandakan eratnya ikatan sejarah itu. Perayaan ini mau mengingatkan juga bahwa dulu, kakek nenek orang Italia mempunyai wawasan yang luas dan semangat juang yang tinggi. Di pelabuhan ini, 2 sikap ini menjadi modal utama mereka. Itulah sebabnya, kepada kaum muda di kota Genoa, Paus Fransiskus menegaskan pentingnya 2 sikap ini.

Info point, FOTO: avvenire.it
Info point, FOTO: avvenire.it
Tanpa sikap wawasan atau cakrawala dan semangat juang yang tinggi, hidup hanya akan mengecewakan. Kakek nenek Paus Fransiskus adalah anggota kaum imigran. Mereka suskses membangun keluarga mereka setelah meninggalkan Italia dan membangun hidup baru di negara Argentina. Sikap kaum imigran terbukti tangguh menghadapi cobaan hidup. Tidak ada kata kecewa dan tinggal diam bagi kaum imigran. Bagi mereka, kecewa bisa berubah menjadi suskses, dan tinggal diam bisa berubah menjadi kesempatan untuk memompa semangat.

Dalam Perayaan Ekaristi (Misa) ini, Paus Fransiskus menerima 2 hadiah terindah dari penduduk Genoa. Dia menerima pakaian misa โ€œCasulaโ€ atau Kasula dalam bahasa Indonesia yang terbuat dari bahan Jeans berwarna Putih dan Salib yang terbuat dari bahan besi. Dua hadiah ini memiliki arti penting bagi penduduk Genoa dan juga bagi Paus Fransiskus.

Kasula berbahan Jeans dihadiahkan oleh sejumlah siswa SMA โ€œIstituto Duchesa di Galleriaโ€ di kota Genoa. Sekolah ini mendidik siswa SMA untuk terampil dalam bidang mode, perhotelan, pariwisata, tata boga, dan sebagainya. Tiziana Tassara, dosen yang membina para siswanya mengatakan, hadiah Kasula ini adalah simbol kasih sayang dari seluruh penduduk Genoa untuk Paus Fransiskus. Melalui Kasula iniโ€”tutur Tizianaโ€”tergambar pelukan hangat sebagai tanda penerimaan untuk Paus.

Paus menyapa umat dan pekerja pabrik di Genova, FOTO: lapresse
Paus menyapa umat dan pekerja pabrik di Genova, FOTO: lapresse
Sedangkan Salib berbahan besi dihadiahkan oleh ribuan karyawan yang bekerja di Pabrik โ€œIlva di Corniglianoโ€ di kota Genoa. Pabrik ini adalah salah satu pabrik tertua yang sampai hari ini masih beroperasi. Di hadapan mereka, Paus Fransiskus mengajak pemangku jabatan untuk memberikan pekerjaan kepada semua orang. Sebuah pekerjaanโ€”kata Pausโ€”adalah bentuk penghormatan terhadap martabat manusia. Melalaikan atau mengambil jatah pekerjaan orang lain bisa berarti mencuri harkat dan martabat orang lain. Pekerjaan juga dimaknai sebagai bentuk kebebasan. Itulah sebabnya, Paus Fransiskus mengatakan, โ€œBentuk pertama dari sebuah kebebasan adalah hak untuk bisa bekerja.โ€

Kain Jeans tidak dipisahkan dari sejarah kota Genoa. Sejarah itu juga tergambar dalam hadiah Kasula pada Paus Fransiskus. โ€œBahan Jeans berwarna Putih terletak di bagian luar. Bagian dalam Kasula terbuat dari bahan yang lebih mahal lagi,โ€ kata La Professoressa Tiziana.

Jeans yang terletak di bagian luar Kasula ini memang tidak asal buat. Jeans itu lahir di kota Genoa. Jeans juga adalah simbol keseharian penduduk Genoa. Saat itu, Jeans menjadi pakaian andalan para nelayan di Regione Liguria (nama Provinsi yang menaungi kota Genoa). Pada abad Pertengahan, kain Jeans amat laku sebab harganya murah dan bertahan lama. Para pelaut (marinai) pun menggunakannya untuk menutup perahu, menutup layar perahuyang digunakan sebagai alat pelayaran.

Karena sifatnya ekonomis, kain Jeans pun dibuat dengan menambahkan warna Biru dan dipakai juga sebagai pakaian khas para pekerja pelabuhan (scaricatori del porto). Orang-orang pun tahu, para pemakai Jeans adalah pekerja pelabuhan. Mereka yang bertugas untuk mengangkut barang dari dan keluar dari kapal.

Paus berdialog dengan para pekerja dari Pabrik Ilva, FOTO: lapresse
Paus berdialog dengan para pekerja dari Pabrik Ilva, FOTO: lapresse
Pada abad ke-5, para pedagang Superba (nama kota Genoa pada zaman Republik Marinara) menjual kain Jeans ke Inggris. Raja Inggris saat itu Enrico VIII (1491-1547) menjadi kagum dan akhirnya dia suka. Sejak saat itu, Jeans pun diproduksi besar-besaran. Produksi di Genoa makin berkembang dengan dibukanya pabrik Jeans di Amerika Serikat pada tahun 800-an oleh Jacob Davis(1831-1908). Davis menjadikan Jeans sebagai pakaian khusus kelompok cowboys. Jeans pun makin berkembang hingga saat ini. Jeans diminati karena harganya murah dan kainnya bertahan lama.

Kata โ€œJeansโ€ berasal dari pengucapan bahasa Inggris untuk kata โ€œGรจnesโ€ dalam bahasa Prancis. Kata Gรจnes adalah bentuk pengucapan dalam bahasa Prancis untuk kota Genova-Italia.

Jeans inilah yang dikembangkan oleh Jacob Davis bersama sahabatnya, Levis Strauss (1809-1902). Strauss adalah Pengusaha Jerman keturunan Yahudi. Dia menjadi warga negara Amerika Serikat dan suskses melalui perusahaan Jeans-nya Levis Strauss & Co.Perusahaan ini didirikan pada 1853 di kota San Francisco. Sejak 1873, Penjahit Jacob Davis bergabung di perusahaan ini. Saat ini, Levis Strauss & Coberoperasi di lebih dari 110 negara.

Kunjungan Paus Fransiskus pun membuka kembali sejarah, kehidupan, dan situasi warga Genoa saat ini. Mereka lahir dan dibesarkan bersama kain Jeans. Jeans dengan demikian adalah darah mereka. Darah adalah kehidupan. Dan, kehidupan inilah yang mereka persembahkan kepada Paus Fransiskus dalam kunjungan pada Sabtu, 27 Mei yang lalu.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 30/5/2017

Gordi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun