Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kisah Presenter Difabel dari Perancis

15 Maret 2017   02:51 Diperbarui: 15 Maret 2017   18:00 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mèlanie adalah berkat bagi kita semua, FOTO: womanofgrace.com

Kehidupan seorang penyandang difabel tidaklah mudah. Kehadirannya kadang merepotkan orang sekitarnya. Tak jarang jika banyak yang menolaknya. Saat itulah, kehidupannya menjadi amat sulit. Meski sulit, penyandang difabel tetap mempunyai mimpi. Mimpi untuk berbuat sesuatu yang berguna.

Mèlanie Sèguard (21) adalah satu dari antara penyandang difabel di Prancis yang mempunyai mimpi. Seperti penyandang difabel lainnya, Mèlanie pun ingin merealisasikan mimpinya. Dalam hatinya ada keinginan untuk menjadi manusia yang bisa berbuat sesuatu yang berguna. Ia tidak ingin terbelenggu dalam keterbatasan fisik yang ada.

Mimpi Mèlanie adalah menjadi presenter TV khususnya siaran tentang ramalan cuaca. Katanya, “Saya ingin menjadi presenter meski hanya sekali saja.” Ini adalah keinginannya yang terdalam. Secara fisik, keinginan ini mungkin agak sulit. Tetapi, dari hatinya ada dorongan yang kuat. Boleh jadi keinginan dari dalam hati akan lebih kuat daripada keterbatasan fisiknya.

Dengan mimpinya ini, Mèlanie ingin berinteraksi dengan banyak orang. Ia ingin masuk dalam kehidupan orang banyak. Termasuk bisa tersenyum dengan mereka, menjadi berguna seperti mereka, dan bisa menyapa mereka. Keinginan ini sebenarnya bukanlah hal yang spesial karena banyak orang bisa melakukan pekerjaan ini. Banyak penyiar di Prancis yang sudah merealisasikan mimpi mereka. Tentu ada juga yang menjadi penyiar karena tuntutan kerja.

Menjadi penyiar bagi Mèlanie adalah sebuah keinginan dari dalam hatinya. Jadi, bukan penyiar sebagai tuntutan pekerjaan. Karena lahir dari hati, penyiar impian Mèlanie termasuk mereka yang merealisasikan mimpinya. Di sinilah letak kekhususan dari penyiar yang diinginkan Mèlanie dengan penyiar lainnya.

Mèlanie tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya di depan para jurnalis, FOTO: today.it
Mèlanie tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya di depan para jurnalis, FOTO: today.it
Memang, menjadi penyiar bagi Mèlanie adalah sebuah mimpi. Mimpi yang lahir dari sekian rencana hidup yang ia miliki. Selain bermimpi, Mèlanie sebenarnya sudah punya keinginan lainnya untuk bekerja. Ia ingin menjadi penata rias di jalanan. Jadi, pekerjaannya adalah menawarkan jasa ini kepada para pengguna jalan. Ini pun termasuk pekerjaan special. Kelak, jika keinginan ini juga tercapai, Mèlanie akan menjadi perias jalanan yang spesial.

Mimpi adalah sebuah keinginan yang belum terwujud. Kekuatan mimpi kadang melampaui kehidupan ril. Itulah sebabnya seseorang boleh bermimpi setinggi langit. Ia pun bisa melampaui bumi sebagai pijakan hidupnya. Dalam mimpi, semuanya bisa terjadi. Dari bumi, kita seolah-olah terbang di langit tanpa pesawat. Ini hanya terjadi dalam mimpi.

Keinginan Mèlanie pun boleh jadi hanya dalam mimpi. Nyatanya, ia memang sulit mewujudkannya. Orang difabel seperti dia, tentu akan diabaikan dalam persaingan kerja dengan calon penyiar lainnya. Meski demikian, Mèlanie tetap ingin mewujudkan mimpinya.

Keinginan Mèlanie ini pun menjadi nyata. Pepatah lama memang kadang menjadi nyata. Di mana ada keinginan, di situ ada jalan. Keinginan Mèlanie pun disambut oleh organisasi non profit Unapei. Organisasi ini bergerak di bidang dunia difabel. Unapei membuat kampanye di facebook dengan judul "Mèlanie peut le faire" atau “Mèlanie bisa melakukannya”. Tujuannya adalah meminta dukungan sebanyak 100 ribu like agar bisa menjadi penyiar di TV nasional Prancis. Sejak diluncurkan pada 27 Februari yang lalu, sambutan pengguna media sosial rupanya melebihi target 100.000 ini. Di facebook, dukungannya bahkan 2x lipat. Terhitung 200.000 lebih jumlah like di kampanye untuk Mèlania. Ini berarti, keinginan Mèlanie didukung oleh banyak orang.

Kampanye "Mèlania bisa melakukannya" untuk cari dukungan 100 ribu like di facebook, FOTO: telestar.fr
Kampanye "Mèlania bisa melakukannya" untuk cari dukungan 100 ribu like di facebook, FOTO: telestar.fr
Mèlanie pun akhirnya bisa masuk TV. Dia diperkenankan menjadi penyiar ramalan cuaca di TV France 2, kanal TV nasional paling penting di Prancis. Keinginan Mèlanie ini akan menjadi nyata pada siaran hari ini, Kamis 14 Maret, pukul 20.30 waktu Prancis. Selain hari ini, pada 27 Maret mendatang juga, Mèlanie akan membawa siaran yang sama pada kanal yang sama.

Dengan realisasinya mimpi ini, Mèlanie pun menjadi gadis down syndrome pertama di Prancis yang menjadi penyiar TV. Dalam wawancara dengan para jurnalis, Mèlanie tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan hatinya. Katanya, “Saya memang berbeda dari yang lain, tetapi saya mau menunjukkan bahwa saya juga bisa melakukan banyak pekerjakan. Saya mau menunjukkannya kepada banyak orang saat saya berbicara melalui saluran TV.”

Mèlanie tampak senang sekali karena bisa merealisasikan mimpinya. Ia tahu, mimpi ini bisa jadi nyata berkat dukungan banyak orang. Ia tidak bisa melakukannya sendiri. Ia pun ingin menyapa mereka melalui TV dan mengucapkan terima kasih atas dukungan mereka.

Kebahagiaan Mèlanie kiranya juga menjadi kebahagiaan kita semua. Kita boleh senang, bahwa orang difabel seperti Mèlania bisa bekerja seperti kita yang lainnya. Pekerjaan itu bukan monopoli pihak tertentu tetapi ditawarkan kepada semua orang. Dengan menerima Mèlanie, pihak TV Prancis ingin menunjukkan pada dunia bahwa, kaum difabel bukanlah orang yang tidak bisa bekerja. Mereka—seperti dikatakan Mèlanie—bisa melakukan banyak pekerjaan.

Kampanye "Mèlanie peut le faire" atau Mèlanie bisa melakukannya, FOTO: disabili.com
Kampanye "Mèlanie peut le faire" atau Mèlanie bisa melakukannya, FOTO: disabili.com
Mèlanie dengan demikian adalah bagian dari kita semua. Kita wajib mendukungnya seperti kita memberi dukungan pada teman lainnya. Dukungan itu tidak bersifat ekslusif pada kelompok tertentu saja. Orang Prancis sudah menunjukkan sikap inklusif yang bagus sekali. Alangkah baiknya jika Mèlania di banyak tempat juga didukung seperti ini. Dalam hal ini, situasi masyarakat adalah kunci utama. Jika masyarakat menolak perbedaan, kisah Mèlania akan menemukan jalan buntu. Sebaliknya, jika berguru pada situasi warga Prancis, mimpi orang difabel pun bisa terwujud.

Orang difabel tak jarang banyak dikucilkan dalam masyarakat. Demi menjaga ketentraman, orang berkebutuhan khusus ini kadang dilokalisasikan di tempat tertentu. Mereka tidak boleh muncul di tengah public. Ini semua terjadi Karena orang difabel adalah merek yang berbeda dari kita.

Sikap ekslusif terhadap orang difabel ini sudah merebak di mana-mana. Seperti perlakuan terhadap kaum difabel, sikap kita terhadap kelompok yang berbeda dengan kita pun kadang sama saja. Ada kelompok tertentu yang sama sekali tidak mau menerima perbedaan. Malangnya lagi jika perbedaan itu begitu ditekankan di dalam kelompok yang sama-sama menganut paham tertentu.

Maka, berhati-hatilah karena perbedaan itu bukan saja pada kasus yang benar-benar berbeda tetapi dalam satu kelompok pun bisa terjadi perbedaan. Lihatlah monopoli kelompok tertentu terhadap jenazah ibu yang meninggal di Jakarta. Ibu itu bias-bisanya ditolak oleh warga sekelompoknya. Jenazahnya tidak bisa diperlakukan seperti jenazah orang mati lainnya. Ini menunjukkan bahwa, penerimaan terhadap mereka yang berbeda sudah sampai titik nadirnya. Sampai kapan, masyarakat kita seperti ini?

Mèlanie adalah berkat bagi kita semua, FOTO: womanofgrace.com
Mèlanie adalah berkat bagi kita semua, FOTO: womanofgrace.com
Perubahan memang butuh Pendidikan. Maka, mereka yang tinggal di ibu kota negara pun belum tentu sudah dididik. Belum ada jaminan jika mereka menerima pendidikan. Kadang-kadang, pendatang dari luar kota lebih terdidik dari tuan rumah. Kiranya ini menjadi rambu bahwa kita mesti berhati-hati dalam menghadapi perbedaan. Langkah yang baik dan bijak adalah jangan ikut seperti burung beo dalam menentukan sikap untuk menolak. Jika tidak tahu persisi masalahnya, jangan ikut-ikutan dibodohi untuk menolak. Pikirkan dahulu konsekuensinya sebelum bertindak. Jika tidak tahu, bertanya, dan jangan ikut-ikutan memilih sikap yang tidak kita tahu persis arahnya.

Indonesia kiranya memiliki banyak Mèlanie. Kapan masyarakat kita mendukung dalam mewujudkan mimpi banyak Mèlanie di Indonesia? Memulai dari yang kecil kiranya amat bagus. Tanpa ini, perubahan tidak akan ada. Dan, jika gagal dalam percobaan pertama, boleh jadi, tawa ria akan keluar dari mulut kelompok pencibir. Warga Prancis yang mendukung Mèlanie juga sudah menyiapkan ini jauh-jauh hari. Mereka tahu, sekali gagal, mereka akan merusak masa depan Mèlania. Maka, untuk Indonesia, kiranya perubahan itu mesti disiapkan dengan baik. Tidak ada perubahan mendadak dalam suatu masyarakat.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 15/3/2017

Gordi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun