Mèlanie tampak senang sekali karena bisa merealisasikan mimpinya. Ia tahu, mimpi ini bisa jadi nyata berkat dukungan banyak orang. Ia tidak bisa melakukannya sendiri. Ia pun ingin menyapa mereka melalui TV dan mengucapkan terima kasih atas dukungan mereka.
Kebahagiaan Mèlanie kiranya juga menjadi kebahagiaan kita semua. Kita boleh senang, bahwa orang difabel seperti Mèlania bisa bekerja seperti kita yang lainnya. Pekerjaan itu bukan monopoli pihak tertentu tetapi ditawarkan kepada semua orang. Dengan menerima Mèlanie, pihak TV Prancis ingin menunjukkan pada dunia bahwa, kaum difabel bukanlah orang yang tidak bisa bekerja. Mereka—seperti dikatakan Mèlanie—bisa melakukan banyak pekerjaan.
Orang difabel tak jarang banyak dikucilkan dalam masyarakat. Demi menjaga ketentraman, orang berkebutuhan khusus ini kadang dilokalisasikan di tempat tertentu. Mereka tidak boleh muncul di tengah public. Ini semua terjadi Karena orang difabel adalah merek yang berbeda dari kita.
Sikap ekslusif terhadap orang difabel ini sudah merebak di mana-mana. Seperti perlakuan terhadap kaum difabel, sikap kita terhadap kelompok yang berbeda dengan kita pun kadang sama saja. Ada kelompok tertentu yang sama sekali tidak mau menerima perbedaan. Malangnya lagi jika perbedaan itu begitu ditekankan di dalam kelompok yang sama-sama menganut paham tertentu.
Maka, berhati-hatilah karena perbedaan itu bukan saja pada kasus yang benar-benar berbeda tetapi dalam satu kelompok pun bisa terjadi perbedaan. Lihatlah monopoli kelompok tertentu terhadap jenazah ibu yang meninggal di Jakarta. Ibu itu bias-bisanya ditolak oleh warga sekelompoknya. Jenazahnya tidak bisa diperlakukan seperti jenazah orang mati lainnya. Ini menunjukkan bahwa, penerimaan terhadap mereka yang berbeda sudah sampai titik nadirnya. Sampai kapan, masyarakat kita seperti ini?
Indonesia kiranya memiliki banyak Mèlanie. Kapan masyarakat kita mendukung dalam mewujudkan mimpi banyak Mèlanie di Indonesia? Memulai dari yang kecil kiranya amat bagus. Tanpa ini, perubahan tidak akan ada. Dan, jika gagal dalam percobaan pertama, boleh jadi, tawa ria akan keluar dari mulut kelompok pencibir. Warga Prancis yang mendukung Mèlanie juga sudah menyiapkan ini jauh-jauh hari. Mereka tahu, sekali gagal, mereka akan merusak masa depan Mèlania. Maka, untuk Indonesia, kiranya perubahan itu mesti disiapkan dengan baik. Tidak ada perubahan mendadak dalam suatu masyarakat.
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 15/3/2017
Gordi