Gioele sendiri merasa terbantu dengan kehadiran sang Guru yang mendukung inisiatifnya. Suatu hari, ia—dengan nada semangat dan senang—berkata pada sang Guru, “Kamu selalu menyambut saya dengan senyum. Itulah sebabnya, saya datang ke sekolah dengan rasa bahagia yang luar biasa.”
Pesan ini membuatnya sedih dan merasa kehilangan. Siapa yang tidak sedih jika ditinggalkan oleh orang yang dicintai? Perasaan inilah yang dirasakan oleh sang Guru. Ia mencintai muridnya yang menderita sakit fisik ini. Bersama murid-muridnya, sang Guru membuat lagu dan pesan untuk Gioele. “Kami merindukanmu. Kamu adalah contoh bagi kami semua.” Inilah isi pesan mereka untuk sang Pencetus, Gioele.
Gioele kini telah tiada namun jejaknya masih ada. Ia berhasil menghidupkan semangat baca pada teman-teman kelasnya. Di usianya yang singkat itu, Gioele membagikan bakat luar biasanya. Meski fisiknya sakit, jiwanya sehat dan penuh semangat. Gioele mampu menularkan virus cinta buku pada teman sebayannya.
Virus cinta buku ini pun kini tersebar di berbagai penjuru di sekolahnya. Virus ini makin hari makin bertumbuh. Bukan menjadi rusak tetapi menjadi kabar baik. Virus ini kini menjadi pusat ilmu. Ya, sekolah dan teman-teman Gioele mendirikan sebuah perpustakaan di sekolah. Perpustakaan yang bernama Rosolino Pilo di Palermo ini didedikasikan untuk Gioele. Perpustakaan sekolah ini pun menggemakan semangat yang ditularkan Gioele pada teman-temannya.
Gioele kiranya tersenyum dari surga melihat perpustakaan yang dibangun oleh teman-temannya ini. Dia bahagia di sekolah bersama mereka dan kini bahagia itu terus berlanjut di surga. Teman-temannya ikut bahagia melihat mimpi Gioele jadi nyata. Gioele-lah yang memulai. Sayangnya, sang pencetus cilik itu pergi duluan. Untung saja, dia meninggalkan jejak semangat yang menghidupkan dunia baca di kalangan teman-temannya.
Semoga Gioele cilik juga pada suatu saat menjadi milik negara Indonesia. Semoga muncul banyak Mama dan Guru baru di Indonesia yang bukan saja menonton anaknya membaca buku tetapi juga memberinya semangat termasuk ketika anaknya dalam penderitaan. Buku memang mesti menjadi bensin yang menggerakkan mobil pendidikan Indonesia.
Selamat jalan dan Terima kasih Giole cilik.
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 25/2/2017
Gordi