Dari sini, merokok pun menjadi hal biasa. Apalagi para pembawa acara di TV (seperti MC) juga membaca berita sambil merokok. Gejala ini juga membenamkan istilah perokok pasif yang kita kenal saat ini. Istilah ini tidak ada dalam kamus pikiran mereka saat itu. Wong di mana-mana orang merokok. Sebagian besar adalah perokok aktif sehingga tidak perlu muncul istilah perokok pasif.
Menurut penelitian WHO, iklan TV dan film masih menjadi sarana promosi rokok yang ampuh. Di Jerman, 5 dari 6 film yang masuk kategori top ten dari segi jumlah penonton selama 2010-2013 adalah film yang menyelip adegan merokok. Di Prancis sekitar 5 dari 7 film, sedangkan di Italia hampir 100% alias 4 dari 4 film.
Di AS, adegan merokok masih tergolong banyak. WHO menilai adegan ini sebagai cara untuk melampaui pelarangan promosi penjualan tembakau. Bahkan sekitar 44% dari total film Hollywood menyelip adegan merokok. Ini juga termasuk cara untuk menarik penonton.
Di Italia, cara pencegahan merokok pada kalangan remaja sebenarnya sudah mulai pada belasan tahun lalu. Mulai dari tahun 2005, saat Italia melarang merokok di tempat-tempat umum seperti bar, restoran, dan ruang tunggu. Lalu pada 2008, muncul proyek ‘No smoking, be happy’.
Proyek yang diprakarsai oleh Yayasan ‘Fondazione Veronesi’ dan mendapat dukungan dari Menteri Pendidikan Italia ini ingin mencapai target di kalangan remaja SMP dan SMA. Melalui program ini, para guru wajib menjelasan kepada para siswa tentang bahaya merokok bagi kesehatan mereka dan juga masyarakat sekitar.
Selain itu, ada juga program ‘peer education’ yang menyediakan pendidik khusus seperti psikolog atau konselor. Pendidik ini menjadi semacam ‘dokter untuk penyakit merokok’ bagi kalangan remaja. Remaja yang bermasalah akan berurusan dengannya. Jika setelah bertemu dengan ‘dokter khusus’ ini, tidak ada perubahan, siswa tersebut dianjurkan untuk menggunakan rokok elektrik. Rokok ini hanya berupa asap buatan beraroma zat tertentu. Rokok elektrik ini hanya diizinkan bagi siswa yang tidak bisa berhenti merokok.
Aturan pencegahan semacam ini sudah saatnya menjadi rambu bagi para remaja. Namun, cukupkah ini? Dari penelitian di atas, remaja Italia rupanya justru cenderung merokok. Ini berarti mesti ada upaya lain. Orang tua kiranya bisa berpartisipasi dalam bidang ini.
Ini penting bagi kehidupan bersama selanjutnya. Jika saat remaja saja sudah mulai merokok, bukan tidak mungkin jumlah perokok aktif nanti makin besar. Ini berarti jumlah biaya kesehatan dan korban merokok pun bertambah.
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah sudah ada peraturan untuk para remaja yang merokok? Semoga pada saatnya, aturan pun mesti dibuat, sebelum terlambat.
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.