Kandang Natal hasil karya pilihan beberapa seniman di Malta ini berukuran besar. Panjangnya sekitar 17 meter, lebar 12 meter dan tingginya 8 meter. Kandang Natal iniโseperti Pohon Natalโakan dipajang sampai 8 Januari tahun 2017 yang akan datang.
Jika menilai sampai di sini saja, mungkin muncul penilaian negatif. Pada saat yang sama rupanya, ditanam sebanyak 45 pohon sejenis. Woaoโฆini pelajaran bagus. Sebatang yang dicabut, 45 batang ditanam. Hutan ini kelak akan rindang kembali.
Pohon ini kemudian dihias dengan berbagai objek hiasan dari berbagai negara di dunia. Hiasan ini disiapkan oleh sekelompok anak-anak dari sebuah yayasan dengan nama Fondazione Contessa Lene Thun Onlus.(Yayasan Keluarga Ratu Lene Thun). Yayasan ini mengorganisir kerja anak-anak yang terlibat. Anak-anak ini bekerja di bawah bimbingan orang tua mereka.
Setelah dihias, Pohon Natal setinggi 25 meter ini ditempatkan di halaman Basilika Santo Petrus, Vatikan. Di sampingnya ada Kandang Natal dari Malta. Kandang dan Pohon Natal ini mulai dipajangkan sejak tanggal 9 Desember yang lalu.
Menurut Paus Fransiskus, Kandang dan Pohon Natal ini menawarkan nilai-nilai kehidupan, cinta, damai, dan penghormatan pada alam. Melalui pohon yang diambil dari alami tuโlanjut Pausโkita diajak untuk berterima kasih pada Pencipta dengan menghormati karya-Nya di alam ini.
Ah rasa-rasanya roti mesti menjadi simbol makanan di dunia. Makanan yang juga untuk semua. Makanan yang tidak hanya menjadi milik kaum tertentu saja. Betapa banyak anak-anak di Aleppo-Siria sana yang tidak merasakan kebahagiaan seperti Yesus yang lahir dan diapiti oleh dua orang tuanya. Anak-anak di Aleppo juga menderita kelaparan karena tidak mendapat ROTI seperti yang dialami oleh anak-anak lainnya di dunia ini.
Benar kata Paus, Natal ini membawa harapan bagi kita semua. Hanya saja harapan ini kadang dihalau oleh sebagian manusia. Manusia membutuhkan harapan dan manusia sendirilah yang menghancurkan harapan itu.
Di belahan lain, harapan itu menjadi kata yang membahagiakan dalam situasi yang tidak tentu. Sementara di Indonesia, kata harapan itu menjadi tak berarti kala kelompok yang mengatasnamakan agama mayoritas sibukmenjadi โhakim sendiriโ. Setiap tahun bermain hakim dengan melarang mengucapkan SELAMAT NATAL, melarang orang untuk berdagang termasuk dengan menarik perhatian pelanggan dengan atribut tertentu. Kalau begini terus, kapan majunya Indonesia ini? Di negara lain, orang sibuk bekerja, di Indonesia kelompok agama ini sibuk menjadi Tuan atas kelompok agama lainnya.