Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Begini Cara Italia Melawan Budaya Buang Makanan Sisa

26 November 2016   16:21 Diperbarui: 26 November 2016   23:34 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para chef di refettorio ambrosiano, FOTO: ansa.it

Menghilangkan budaya spreco atau buang-buang makanan ini sebenarnya tidak sulit. Kuncinya adalah mulai dari diri sendiri dan jangan malu-malu.Banyak orang enggan untuk mengumpulkan sisa makanan di rumahnya. Lebih mudah membuangnya ke tempat sampah ketimbang menghabiskan waktu sejenak untuk mengumpulkannya dan menyimpan di kulkas, misalnya.

Salah satu restoran yang menyediakan makanan bagi orang miskin di kota Torino atau Turin, FOTO: lastampa.it
Salah satu restoran yang menyediakan makanan bagi orang miskin di kota Torino atau Turin, FOTO: lastampa.it
Ada juga yang malu-malu membawa makanan sisa misalnya. Padahal, di setiap restoran di Eropa dan Amerika, sudah disediakan tas khusus untuk menampung makanan sisa yang masih bisa dikonsumsi. Tas itu bisa ditanyakan di restoran dan pengunjung berhak mendapatkannya.

Di beberapa negara Barata da istilah Doggy Bag. Ini adalah tas khusus untuk menampung makanan sisa tadi yang terdapat di restoran. Tas ini bisa diminta pada akhir acara makan. Entah sisa anggur yang tidak selesai, botol acqua berisi setengah penuh, dan sebagainya. Kebiasaan ini sudah ada sejak bertahun-tahun di Amerika Serikat dan di Australia. Ibu negara Michelle Obama dan popstar Rhianna pun sudah mempraktikkan ini.

Di Italia, sejak Agustus lalu muncul yang namanya “family bag”. Ini juga merupakan bentuk inisiatif untuk melawan budaya Membuang-buang sisa makanan. Sayangnya, menurut laporan sebuah lembaga penelitian Coldiretti, sekitar 25% dari warga Italia masih malu-malu untuk mengumpulkan sisa makanan ini.

Untuk melawan ini, muncul juga inisiatif lain agar budaya melawan lo sprecoberkembang yakni dengan mendesain tas makanan tadi menjadi lebih menarik. Il Comieco nama lembaga yang mendesain tas itu. Hanya di Regione Lombardia (Milan) saja sudah terdapat sekitar 75% dari seluruh restoran menyediakan tas ini. Jadi, tinggal meminta saja.

Selain inisiatif ini, ada juga inisiatif kampanye di internet. Salah satu dari sekian banyak aplikasi itu adalah Myfoody, yang menghubungkan beberapa restoran atau pusat belanja untuk mengumpulkan sisa makanan. Aplikasi ini bisa diunduh di smartphone sehingga setiap orang mudah menerapkannya.

Inisiatif yang tak kalah seru dengan kampanye langsung yakni mengajak teman-teman kita untuk mengumpulkan sisa makanan itu agar bisa dikonsumsi lagi.

Begini cara Italia melawan budaya lo spreco alias membuang-buang makanan sisa, bagaimana dengan cara kita di Indonesia? Siapa tahu bisa saling tukar ide.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 26/11/2016

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun