Perang di Eropa menghilangkan nyawa banyak orang tetapi tidak menghilangkan sejarah. Dengan ini, sejarah pun tetap terus berkembang. Sejarah bukan lagi hanya soal masa lalu tetapi juga tentang masa depan.
Italia adalah salah satu bangsa yang terus menghidupkan masa lalu itu. Ini memang tidak terlepas dari sejarah panjang bangsa ini dari berbagai segi. Budaya, seni, arsitek, bahasa, makanan, minuman, dan sebagainya.
Di Parma, ada banyak tanda masa lalu itu yang masih dinikmati hingga saat ini. Saya selalu terkagum-kagum sambil memuji kehebatan orang Parma dalam merekonstruksi ingatan sejarah mereka.
Salah satu hasil ingatan sejarah itu adalah monumen Giuseppe Verdi yang ada di dekat piazza della pace. Monumen ini menggunakan sebagian kecil dari halaman besar di piazza yang berada di pusat kota ini.
Verdi adalah penduduk asli Parma. Dia lahir di satu desa kecil yang merupakan bagian dari Kota Parma pada 10 Oktober 1813. Dia meninggal di Kota Milan pada 27 Januari 1901.
Orang Parma menaruh perhatian besar padanya. Seperti juga di kota lainnya, Verdi memang mendapat banyak perhatian. Beberapa kota di Italia bahkan mengabdikan patungnya di kota mereka. Misalnya di Kota Milan yang besar itu. Entah mungkin karena Verdi meninggal di sini.
Jika Verdi saja dihormati di sini, apalagi orang Parma yang masih punya hubungan keluarga yang dekat dengan Verdi. Momen yang tepat untuk menghormatinya adalah pada perayaan 200 tahun kelahirannya (1813-2013).
Monumen aslinya berada di dekat Stasiun Kereta Api Kota Parma. Saat itu, banyak warga Parma mengenangnya setiap kali mereka masuk kompleks stasiun. Bayangkan, setiap warga yang hendak bepergian pasti melihat monumen itu.
Monumen itu dikerjakan oleh arsitek kelahiran Parma Lamberto Cusani (1877-1966). Dia membutuhkan waktu sekitar 7 tahun untuk merealisasikan monumen bagi orang terkenal dan sekaligus kebanggan mereka. Cusani mulai merancang kompleks monumen ini pada 1913. Pekerjaan berlangsung lama hingga diresmikan pada 22 Februari 1920.
Casani membuat figur-figur ini berupa patung dengan bahan granit dan perunggu. Jadi, total ada 28 patung yang ada di monumen ini. Di tengahnya ada patung Verdi dengan gaya bermeditasi.
Monumen ini berbentuk busur yang megah. Di atasnya terdapat lambang yang diambil dari kisah mitos. Lambang itu berupa dua singa beringas, sebuah gerobak yang terletak di antara dua singa itu, dan seorang manusia yang berdiri tegak. Gambaran pada bagian atas monumen ini seolah-olah menandakan kejayaan.
Di lingkaran busurnya terdapat 28 patung yang dipasangkan di 28 tiang keliling. Setiap patung diberi nama pada bagian kakinya. Jadi, ada gambar patung di setiap tiang, lalu di bawah setiap patung ada keterangan namanya.
Ettore menyelesaikan pahatan patung di Monumen Verdi ini 6 tahun sebelum kematiannya. Ettore memang berkelana bukan di Parma saja. Dia mengenyam pendidikan seni pahat di Napoli lalu berkarya di berbagai kota di Italia seperti Roma. Bahkan, dia juga memahat patung Dante Alighieri di kota Washington, AS.
Karya Ettore bersama Casani yang megah itu menjadi hancur saat terjadi bom pada Perang Dunia II di Kota Parma. Dari 28 patung yang ada, hanya 9 yang bisa diselamatkan. Yang lainnya rusak. Warga Parma saat itu tidak ingin melihat monumen yang kebanggan mereka yang hancur itu. Mereka memutuskan untuk menghancurkan sekalian sebagian monumen yang tersisa.
Monumen Giuseppe Verdi tidak hilang begitu saja. Pada 2013 yang lalu, Monumen Verdi dibangun kembali di pusat kota. Kali ini bentuknya lebih kecil. Figur yang berjumlah 28 bersama sang Maestro Verdi ditempatkan di satu beranda besar di bagian depan monumen. Sedangkan bagian belakangnya di bagi menjadi tiga bagian. Kini, monumen itu selalu menjadi hiasan mata warga Parma setiap kali mereka ke pusat kota.
Usaha warga Parma ini kiranya menjadi contoh bagaimana membangun kembali masa lalu yang kadang dilupakan. Dalam hal ini, warga Parma berhasil menjadikan masa lalu sebagai masa depan. Monumen itu adalah aset bagi anak cucu di masa yang akan datang. Dia akan menjadi obyek penelitian mereka. Mereka akan bertanya siapakah figur-figur ini dan mengapa ada di sini. Dari sinilah sejarah masa depan itu dibuat.
PRM, 16/10/2016
Gordi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI