Di dekat restoran selalu ada kamar mandi untuk umum. Di sini pengunjung bisa mandi dan buang air dengan gratis. Tidak ada pungutan. Petugas kebersihan mencek sesering mungkin agar keamanan dan kebersihannya terjaga.
Pasukan penjaga pantai selalu siaga di mana-mana. Saat kami kunjung, pengunjung memang banyak sekali. Tenda-tenda payung milik hotel terdekat semuanya sudah diisi. Penjaga pantai pun sibuk memonitor pengunjung yang banyak itu.
Mereka memang hadir di setiap sudut dengan rentang jarak sekitar 100-150 meter. Ada tenda kecil agak tinggi tempat mereka mengontrol. Dari situ, dengan mudah bisa mengontrol pengunjung yang tenggelam misalnya. Atau berada di daerah baya. Pluit dibunyikan biasanya saat ada pengunjung yang tenggelam atau masuk daerah bahaya.
Inilah hebatnya orang Italia mengelola pantai. Mereka butuh pantai sebagai tempat berjemur di musim panas. Maka, mereka akan berusaha agar pantai itu bisa dimanfaatkan.
Kalau di Indonesia, saya yakin pantai yang sulit diakses seperti ini akan dibiarkan. Toh, Indonesia kaya pantai. Cari saja yang mudah diakses. Kalau bisa yang mudah mengapa cari yang sulit. Ini biasanya prinsip kita di Indonesia. Prinsip ini tidak berlaku di sini. Di sini, yang sulit pun dibuat mudah. Yang tidak bisa diakses pun dibuat bisa diakses.
Ini buktinya. Pantai di balik gunung pun menjadi pantai yang paling diminati. Padahal jaraknya jauh. Jarak yang jauh di mata ini diubah oleh orang Italia. Hasilnya pantai ini menjadi dekat di hati. Jauh di mata dekat di hati. Boleh jadi juga karena orang Italia saking gila-gilanya berburu keindahan pantai. Inilah cara orang Italia mengelola pantai.
ANC, 11/8/2016
Gordi
Â