Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lebih Asyik Jadi Pelajar di Indonesia daripada di Italia

9 Agustus 2016   16:24 Diperbarui: 9 Agustus 2016   19:41 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangtua, penanggung jawab utama dan pertama dalam pendidikan, orang tua harus ikut mebantu mengerjakan tugas anak, FOTO: mamma.pourfemme.it

Jadi, sampai di sini boleh dibilang lebih asyik jadi pelajar di Indonesia daripada di Italia. Tentu pelajar yang betul-betul mau belajar. Tetapi, bukan soal ini saja. Ada juga alasan lainnya yang memang membuat pelajar Indonesia lebih beruntung ketimbang pelajar di Italia dari segi proses belajar.

anak-anak tersenyum gembira di tengah tugas musim liburan, FOTO: laprofonline.wordpress.com
anak-anak tersenyum gembira di tengah tugas musim liburan, FOTO: laprofonline.wordpress.com
Dengan 3 bulan waktu liburan, praktisnya pelajar Italia hanya bersekolah selama 9 bulan dalam setahun. Lalu, bagaimana dengan materi pelajarannya? Apa yang mereka buat demi menunjang kegiatan belajar mengajar?

Di sini seninya menjadi pelajar yang kreatif. Italia justru mengembangkan seni ini sehingga para pelajar pun tidak seenaknya menghabiskan waktu tanpa kegiatan belajar mengajar formal selama 3 bulan. Boleh dibilang, liburan tetap liburan tetapi liburan tidak berarti tanpa sekolah dan kegiatan belajar mengajar.

Italia mempunyai kebiasaan yang baik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar ini. Kebiasaan ini sudah ada dari dulu. Banyak yang mendukungnya karena terbukti pelajar juga ikut belajar saat liburan. Konkretnya para pelajar diwajibkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah selama liburan. Jadi, apakah tidak ada liburan untuk para pelajar?

Tentu saja tidak seperti itu. Istilahnya pekerjaan rumah ini hanya sebagai sarana agar pelajar tetap belajar selama liburan. Tugas liburan ini memang mempunyai 3 sasaran dasar yakni (1) mengingat kembali materi yang dipelajari sepanjang tahun, (2) menyegarkan kembali ingatan anak-anak saat masuk ke sekolah dan (3) menyiapkan diri melangkah ke kelas berikutnya. Inilah 3 tujuan mendasar dari tugas liburan yang dikenal dengan sebutan i compiti estivi. Artinya, tugas-tugas selama liburan musim panas.

Tugas liburan ini biasanya mencakup 3 pelajaran yang rumit yakni Matematika, Bahasa Italia, dan Sastra. Ini saya ketahui dan lihat langsung dengan remaja SMA yang saya jumpai pada Juni lalu. Dia adalah anak dari seorang sahabat kami di daerah Venetto, Italia Utara. Setiap hari dia menghabiskan 1,5 sampai 2 jam di pagi hari untuk mengerjakan soal-soal Matematika. Sore hari, dia juga membaca buku seperti novel.

Boleh jadi ada juga mata pelajaran lainnya. Tergantung kesepakatan antara murid dan guru pembimbing. Di sini ikut terlibat juga orang tua. Seperti terjadi dengan sahabat kami ini, rupanya dia juga yang mendorong dan membantu sang anak untuk mengerjakan soal Matematika yang rumit itu. Jadi, tanggung jawab pendidikan memang bukan saja pada guru dan institusi sekolah tetapi juga terutama tanggung jawab orang tua.

Tradisi ini sudah menjadi bagian dari seni mendidik di Italia. Meski menjadi seni, tradisi ini rupanya tidak didukung penuh oleh rakyat Italia. Boleh jadi sebagian besar ya. Tetapi, ada juga yang sampai hari ini masih tidak setuju. Jumlahnya kecil tetapi cukup menjadi suara di hadapan mayoritas.

Anak-anak harus belajar berinteraksi antara mereka, FOTO: guidabimbi.com
Anak-anak harus belajar berinteraksi antara mereka, FOTO: guidabimbi.com
Bulan Juni yang lalu, seorang wali kota di Sardegna, Italia Selatan mengatakan ketidaksetujuannya dengan tradisi tugas liburan untuk para pelajar ini. Katanya, liburan adalah wajib untuk semua pelajar. Kalimat ini ia lontarkan menanggapi situasi pelajar di kotanya yang sibuk mengerjakan tugas selama liburan.

Wali kota di Kota Madya Mamoiada (Nuoro), Sardegna ini mengusulkan agar para pelajar diberi kesempatan untuk berinteraksi antara sesama mereka selama liburan. Interaksi ini bisa saja tentang bahan pelajaran di sekolah tetapi bisa juga isu menarik dari sebuah film misalnya.

Ide dari wali kota yang bernama Luciano Barone ini sudah ada sebelumnya. Ide ini diangkat oleh seorang profesor yang mengabdi di sebuah sekolah menengah atas di daerah Marche, Italia Tengah. Profesor itu membuat daftar 15 hal yang sebaiknya dilakukan oleh pelajar selama liburan musim panas. Satu di antaranya adalah ini:

“Lebih baik menulis dan membaca, menari, berjalan di pinggir pantai sepanjang pantai itu, menonton film, melihat indahnya matahari terbit dan terbenam.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun