Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita รจ bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyusuri Jalan Tol Terpanjang di Italia

14 Juni 2016   15:22 Diperbarui: 15 Juni 2016   01:24 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu bukit dan gunung yang tampak di sekitar Jalan Tol A1
Salah satu bukit dan gunung yang tampak di sekitar Jalan Tol A1
Setalh 2 jam perjalan, kami berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar mobil kami. Saat itulah saya bertanya pada sahabat kami yang fasih berbahasa Indonesia ini. Dua sahabat kami memang menguasai beberapa bahasa. Mereka pernah hidup lama di luar Italia. Satunya di Indonesia, satunya di Brasil. Jadi, komunikasi kan pun mudah entah dengan bahasa Indonesia, Portugis, Spanyol atau Inggris. Tetapi kami menggunakan bahasa Indonesia saja. Atau untuk sahabat saya dari Meksiko bisa bertanya dalam bahasa Spoanyol dan dijawab dalam bahasa Italia atau Portugis.

Dari dia, saya tahu banyak hal. Misalnya tentang tempat pemberhentian seperti ini. Di sepanjang jalan tol rupanya, disediakan tempat pemberhentian. Ada yang berupa tempat pengisian bahan bakar, warung makan, bar, atau juga tempat pemberhentian untuk meminggirkan mobil saja. Jadi, ada satu bagian kecil di pinggir jalan untuk mengistirahatkan pengemudi. Jangan ditanya toilet yah, karena di semua tempat pengisian bahan bakar dan warung, selalu ada toilet gratis. Tidak seperti di Indonesia selalu dibayar meski di beberapa tempat kebersihannya dipertanyakan.

Tempat pemberhentian ini sudah diatur jaraknya yakni setiap 45 kilometer. Perhitungan ini muncul dari penilaian bahwa setelah mengemudi sepanjang 45 kilometer, pengemudi boleh jadi mulai capek. Ini untuk menghindari kecelakaan. Jalan tol memang bukan jalan pribadi. Jadi, satu kecelakaan biasanya dan selalu berakibat pada minimal dua belah pihak. Kalau pun satu orang yang mengalami kecelakaan, ini pun akan merugikan yang lainnya. Misalnya jalan jadi macet.

Hamparan sayuran yang ditanam saat musim panas di sekitar Jalan Tol A1
Hamparan sayuran yang ditanam saat musim panas di sekitar Jalan Tol A1
Setelah 15 menit berhenti, kami berangkat lagi. Masih 2,5 jam lagi sampai tujuan. Sahabat kami ini memang sudah menginjak masa tua, 73 tahun, tetapi nyetir mobilnya kencang. Minimal 100 kilometer per jam. Asal ada peluang sedikit saja, dia nyalip. Jadilah kami di depan. Kecepatan maksimum di jalan tol di Italia memang hanya 130 kilometer per jam. Jalur mendahului atau di jalur tertentu bisa menjadi 150 km per jam. Dan di jalur tengah hanya 90 km per jam. Sedangkan di jalur lambat tidak boleh di bawah 60 km.

Sistem mengemudi di Italia berbanding terbalik dengan indonesia. Di sini jalannya di jalur sebelah kanan karena sopirnya ada di bagian kiri. Meski demikian, di jalan tol, saya juga melihat mobil dengan sopir di sebelah kanan seperti di Indonesia. Rupanya mobil seperti itu berasal dari Inggris. Jalan tol ini memang dilalui banyak wisatawan Eropa. Berbagai model plat mobil pun muncul. Untuk negara-negara Uni-Eropa mudah dihafal karena warnanya sama, putih-biru. Di luar itu, agak bervariasi misalnya seperti Swiss dan sebagainya. Dan, rupanya jalan tol A1 ini termasuk bagian dari Jalan Tol Eropa, Roma-Amsterdam dengan kode E35.

Bagus juga yah, jalan-jalan di Eropa. Melewati beberapa negara seperti melewati beberapa kota dalam satu pulau di Indonesia.

Roma-Parma dalam waktu 4,5 jam untuk 462 km. FOTO dari google map.
Roma-Parma dalam waktu 4,5 jam untuk 462 km. FOTO dari google map.
Perjalanan panjang ini bagi saya menjadi perjalanan yang menyenangkan. Untuk pertama kalinya, saya tidak tidur dalam perjalanan. Mungkin karena selalu ada snack yang disediakan oleh sahabat kami. Tetapi sebenarnya saya juga tidak terlalu mengambil banyak. Maklum, paginya sudah sarapan dan jenis snack-nya juga kan baru. Perut saya masih berselera Indonesia. Alasan sebenarnya adalah saya mau menikmati pemandangan di sekitar jalan ini.

Pukul 11.00, kami tiba di kota Parma, kota tujuan kami. Lega rasanya setelah mengakhiri perjalanan panjang lewat darat pertama ini. Selamat datang di Parma dan terima kasih Roma.

Tiba di Parma, mata segar, melihat air mancur di musim panas, salah satu sudut kota Parma
Tiba di Parma, mata segar, melihat air mancur di musim panas, salah satu sudut kota Parma
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 14/6/2016

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun