Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Begini Cara Italia Mengajak Warganya Membayar Pajak

10 April 2016   03:21 Diperbarui: 10 April 2016   15:08 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Warga bekerja sebagai ganti membayar pajak. Sumber gambar: ww.viareggino.com"][/caption]Pajak adalah salah satu pemasukan berharga bagi negara. Tanpa pajak, negara tak bisa hidup. Pajak itulah yang membuat 'dapur negara' terus mengepulkan asapnya. Dengan kata lain, pajak adalah salah satu urat nadi kehidupan sebuah negara.

Seperti keluarga petani yang dengan susah payah mencari cara agar asap dapur terus mengepul, negara juga terus berjuang mengajak warganya membayar pajak. Terkadang perjuangan ini tidak berhasil. Masih banyak warga yang tidak membayar pajak. Yang lainnya memang tidak mampu membayarnya. Pendapatan negara pun berkurang. Tetapi, yang lain juga pajak itu dikorupsi oleh petugas pajak. Alhasil, pajak itu tidak menjadi pendapatan negara tetapi pendapatan kotor sang pemungut pajak.

Italia punya cara unik untuk mengajak warganya membayar pajak. Cara ini boleh jadi menjadi penemuan baru karena dari tahun ke tahun sebelumnya, tidak ada cara ini. Caranya sederhana saja yakni membayar pajak dengan bekerja. Orang Italia menyebutnya il baratto amministrativo, pertukaran administrasi. Cara ini ditemukan tahun 2014 yang lalu di salah satu kota kecil di Massarosa, di Kabupaten Lucca, Provinsi Firenze, Italia bagian tengah. Kota Massarosa berpenduduk 23.000 jiwa. Jumlah ini kecil tentunya tetapi menarik untuk melihat perkembangan dari penemuan mereka ini.

Penemuan ini sudah sah menjadi peraturan nasional sejak tahun 2015. Sepanjang tahun itu, di Kota Massarosa, terdapat 123 orang dan 12 organisasi yang terlibat untuk membayar pajak dengan cara ini.

Yang rakyat lakukan adalah pekerjaan sederhana seperti, membersihkan lingkungan kantor wali kota, membersihkan halaman sekolah, memotong rumput di pinggir jalan, merawat tanaman hias di jalanan umum, mengecat gedung sekolah dan kantor publik lainnya, memperbaiki peralatan kantor seperti meja-kursi, membersihkan jalan. Praktisnya pekerjaan yang dilakukan oleh tukang sapu jalan, tukang bersih di sekolah dan kantor, pegawai taman kota, dan sebagainya. Dan memang inilah salah satu sasaran dari cara il baratto amministrativo ini.

Dengan cara ini, tidak perlu lagi membayar tukang untuk memperbaiki peralatan kantor. Tidak perlu lagi membuat anggaran untuk petugas perawat taman kota. Pemerintah bertugas mengontrol pelaksanaannya dan menghitung biaya pekerjaannya. Beberapa kota kabupaten dan provinsi mematok harga rata-rata 7,5 sampai 8 euro per jam. Jadi, praktisnya 8 jam pekerjaan dihargai dengan biaya 60 euro. Ini lumayan kan?

Biaya ini betul-betul menghemat pengeluaran dari kantor pemerintah dan juga meringankan beban pajak bagi rakyat. Di Kota Novara, Italia Utara, ada rakyat yang sudah membayar pajak dengan cara ini senilai 1.200 euro. Berarti dia sudah bekerja selama 160 jam. Kalau sehari misalnya dia menghabiskan 2 jam pada sore hari untuk bekerja maka dia sudah bekerja selama 80 hari untuk membayar pajak dengan nilai 1200 euro.

Sementara di Kota Roccastrada, Kabupaten Grosetto, dekat Firenze, Italia bagian Tengah, pemerintah sudah menghemat biaya 10.000 euro sejak berlakunya cara il baratto amministrativo di kota ini. Dari pihak warga sendiri diperkirakan sudah membayar pajak sebesar 6.600 euro. Biaya ini besar dan manfaatnya kiranya sudah terasa baik oleh pemerintah dan rakyat sendiri.

Cara ini memang mempunyai keuntungan bagi warga. Tidak ada aturan tentang kapan tenggak waktu bekerja. Jadi, warga bisa bekerja kapan saja. Bisa sore hari atau hari libur, dan sebagainya. Tinggal daftar di kantor wali kota dan tentukan lokasi pekerjaan. Warga bebas menentukan waktu sesuai daftar yang ada agar tidak tabrak dengan pekerja lain. 

Daftar ini dibuat agar pemerintah tahu siapa dan kapan bekerja di lokasi mana saja. Pemerintah tentu menyiapkan petugas jika tidak ada pekerja yang bertanggung jawab untuk lokasi tertentu, misalnya di taman kota. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan peralatan tertentu yang dibutuhkan. Misalnya sepatu untuk pekerja di taman, mesin pemotong rumput, mobil tengki air untuk menyiram bunga, dan sebagainya. Jadi, di belakang pekerja yang bekerja untuk membayar pajak, ada pemerintah yang bertanggung jawab.

Menurut Pemerintah kota Massarosa cara il baratto amministrativo ini mempunyai beberapa tujuan yakni menghemat biaya atau belanja pemerintah, bertemu dengan keluarga yang tidak mau dan tidak mampu membayar pajak, dan mengajak warga untuk ikut membayar pajak. Ketiga tujuan ini bagus karena ada keterlibatan dari pemerintah dan warga demi kebaikan bersama, il bene di tutti.

Cara ini tentu saja cocok dan mudah diterapkan untuk kota berpenduduk kecil. Untuk kota berpenduduk besar misalnya penduduk berjuta-juta tentu sedikit repot. Tetapi, bukan berarti tidak bisa. Italia saja sudah menerapkan aturan ini secara nasional. Para wali kota dan bupati di Italia, dari Utara ke Selatan, sudah dan sedang menerapkan cara ini. Jangan kota Massarosa yang berpenduduk 23.000, kota besar lainnya seperti Milan, Roma, Napoli, Bologna, Perugia yang berpenduduk puluhan juta ke atas sudah menerapkan peraturan ini.

Ini berarti cara ini cocok dan bagus untuk diterapkan. Apalagi dengan pembagian kota secara administrasi pemerintahan (provinsi, kabupaten-wali kota, kecamatan), cara ini bisa diterapkan. Tinggal saja pemerintah setempat mengajak warganya untuk membayar pajak dengan cara ini.

Perlu diingat, cara ini hanya untuk mereka yang tidak mampu membayar pajak. Di Italia misalnya, untuk mereka yang tidak mampu membayar rekening listrik dan air, bisa mengajukan ke pemerintah setempat untuk bekerja sebagai tebusan agar bisa membayar biaya rekening tersebut.

Ini hanya salah satu cara membayar pajak dan cara mengejar mereka yang tidak mau dan tidak mampu membayar pajak. Indonesia kiranya bisa menemukan cara tersendiri atau bisa menerapkan cara ini agar rakyat ikut membayar pajak.

Sekadar berbagi apa yang dilihat.

PRM, 9/4/2016
Gordi

FOTO: kota Sveva Sagramola dekat Firenze, Italia bagian Tengah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun