Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Cara Orang Italia "Menghargai" Pakaian Bekas

24 Maret 2016   00:32 Diperbarui: 24 Maret 2016   17:37 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kotak kuning ini tersebar di berbagai tempat di seluruh kota. Semua kota di Italia punya tempat ini. Kadang-kadang ditempatkan di dekat kotak sampah lainnya seperti saya ulas di sini. Kadang-kadang juga ditempatkan di lahan tersendiri. Tetapi, yang pasti letaknya selalu di dekat kompleks perumahan penduduk. Di Kota Parma saya menemukannya di banyak tempat. Demikian juga dengan di kota lainnya. Jumlahnya banyak sekali. Tergantung dari besarnya penduduk di satu kota. Makin banyak penduduk kota, kotak ini juga makin banyak jumlahnya. Di Roma misalnya pada tahun 2008 terdapat 504 contenitori. Jumlahnya meningkat menjadi 1.500 pada 2011. Berarti rata-rata naik 100% per tahun. Isinya juga berubah. Pada tahun 2011 berjumlah 6.000 ton pakaian bekas, sementara 4 tahun sebelumnya hanya 2.480 ton. Kenaikannya diperkirakan 150%.

Pada mulanya, saya bertanya-tanya apakah ini benar-benar tempat untuk penampungan pakaian bekas? Setelah mendapat jawaban yang pasti dari teman-teman Italia, saya mengajukan pertanyaan lain, ke manakah pakaian ini nantinya? Apakah akan dijual oleh pengelola kotak kuning ini? Ataukah disumbang kepada mereka yang membutuhkannya.

Pakaian ini rupanya disumbangkan kepada mereka yang membutuhkannya. Di Italia, ada satu organisasi, yakni Caritas yang menampung pakaian bekas dari siapa saja. Kaum imigran di Italia biasanya menyambangi kantor Caritas untuk mendapatkan pakaian dan sepatu terutama di musim dingin. Selain Caritas, masih banyak lagi organisasi lain yang menyumbangkan pakaian bekas kepada orang yang membutuhkannya. Saya sendiri belum membeli pakaian satu pun selama di sini. Saya menggunakan pakaian bekas yang ditinggalkan oleh mereka yang tidak membutuhkannya lagi. Terutama untuk pakaian musim dingin. Kalau pakaian musim panas saya gunakan pakaian yang saya bawa dari Indonesia.

 [caption caption="kotak pakaian bekas "]

[/caption]Selain disumbang kepada mereka yang membutuhkan (kaum imigran dan juga orang Italia lainnya), pakaian bekas ini juga diolah kembali. Entah dengan membawanya ke perusahaan tekstil, menjual kembali di pasar pakaian bekas, mengubahnya menjadi kain lap, pengering lantai rumah, dan sebagainya. Intinya, pakaian bekas itu digunakan lagi dan tidak dibuang begitu saja. Pakaian yang terbuat dari kain memang pada awalnya diciptakan untuk digunakan oleh manusia dan bukan untuk bahan pajang mode.

Pemerintah Italia rupanya sudah memikirkan pengolahan pakaian bekas ini secara bijak. Dengan ini, tidak ada lagi pakaian bekas yang dibuang di kotak sampah. Pemerintah kiranya berhasil mengajarkan kepada rakyat Italia bahwa pakaian bekas itu masih berguna dan tidak boleh dibuang. Sayang kan jika awalnya diciptakan untuk dipakai pada akhirnya malah hanya dipajang sebagai mode lalu dibuang. Pemerintah Italia juga akan menindak tegas pengelola kotak penampungan pakaian bekas yang bekerja untuk ‘mengisi perut’-nya sendiri. Di Roma pada 2015 yang lalu, perusahaan yang mengelola kotak ini (AMA Roma) didenda 100 ribu euro karena menggunakan pakaian bekas ini sebagai obyek bisnis padahal obyek sebenarnya adalah misi kemanusiaan. Selain AMA, dua perusahaan terkait (Sol.co dan Bastiani) juga didenda sebesar 110 ribu euro. Ini berarti, betapa seriusnya pemerintah Italia mengajak masyarakatnya untuk tidak membuang pakain bekas.

Indonesia kiranya membutuhkan banyak pakaian entah entah baru. Untuk mereka yang punya pakaian lebih, janganlah membuang pakaian bekas Anda. Sumbanglah pada orang-orang di daerah terpencil di seluruh Indonesia.

 

Salam cinta sesama. Sekadar berbagi yang dilihat.

 

PRM, 23/3/2016

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun