[caption caption="kotak penampung pakaian bekas"][/caption]Apakah Anda punya pakaian bekas? Di manakah Anda menyimpannya? Pernahkah Anda membuangnya di tempat sampah? Apakah ada tempat sampah untuk pakaian bekas?
Rentetatan pertanyaan ini menjadi kerangka besar dari tulisan ini. Berangkat dari perbincangan dengan seorang teman dari Spanyol. Suatu malam, tak disangka, saya mengomentari model sepatunya.
“Anda tampak muda dengan model sepatu ini!” komentar saya padanya.
“Sepatu pemberian kakak saya,” balasnya sambil mengecek bagian bawah sepatunya.
Sepatu itu bermodel keren ala anak muda. Lebih tepatnya sepatu ini digunakan saat musim panas. Saat itu, Eropa masih di musim dingin.
“Kan hanya digunakan dalam rumah saja,“ lanjutnya lagi.
Dalam rumah kami, memang ada penghangat, jadi tidak terlalu dingin saat penghangat itu dinyalakan. Tentu saja bukan 24 jam. Hanya 5 jam pada sore dan 4 jam pada pagi hari.
Teman saya ini rupanya banyak menerima pakaian dan sepatu dari kakaknya. Dia yang sering tinggal di luar Eropa tidak begitu membutuhkan pakaian bergaya Eropa. Misalnya kalau ke daerah tropis seperti di Afrika, dia tidak membutuhkan sepatu musim dingin.
“Saya belum pernah membeli sendiri pakaian dan sepatu, sejak tamat SMA,“ sambungnya lagi.
Jika pulang ke Spanyol, dia tidak perlu membeli pakaian baru lagi. Semuanya sudah ada. Dia memakai pakaian bekas milik kakak dan adiknya yang tinggal di Spanyol. Mereka tidak menggunakan lagi pakaian tersebut. Pikiran saya langsung berputar-putar sambil memuji mereka, hebat yah mereka menghargai pakaian bekas. Padahal, ada orang kaya yang saking rakusnya membeli pakaian baru, pakaian layak pakai pun dibuang. Dalam benak mereka, hanya ada satu ide, yakni meraih yang bermodel baru. Padahal, yang baru selalu akan menjadi yang lama.
Teman saya ini berasal dari Spanyol dan sekarang tinggal di Italia. Orang Italia juga punya cara tersendiri dalam menangani pakaian bekas. Pakaian bekas bagi orang Italia adalah pakaian yang masih layak dipakai. Meski tidak membutuhkannya lagi, mereka tidak menjadikan pakaian bekas itu sebagai sampah. Pakaian bekas itu masih digunakan oleh orang lain. Mereka tidak peduli, jatuh di tangan siapakah pakaian itu. Mereka hanya membawa pakaian itu di tempat yang sudah disediakan. Dalam bahasa Italia, tempat itu disebut sebagai raccolta abiti usati atau juga raccolta indumenti usati. Keduanya mempunyai makna sama, yakni tempat menabung pakaian bekas. Tempatnya berupa kotak berwarna kuning (cassonetti gialli) dengan tulisan abiti usati atau indumenti usati dan beberapa rumusan lainnya. Intinya ada keterangan pakaian bekas.
Kotak kuning ini tersebar di berbagai tempat di seluruh kota. Semua kota di Italia punya tempat ini. Kadang-kadang ditempatkan di dekat kotak sampah lainnya seperti saya ulas di sini. Kadang-kadang juga ditempatkan di lahan tersendiri. Tetapi, yang pasti letaknya selalu di dekat kompleks perumahan penduduk. Di Kota Parma saya menemukannya di banyak tempat. Demikian juga dengan di kota lainnya. Jumlahnya banyak sekali. Tergantung dari besarnya penduduk di satu kota. Makin banyak penduduk kota, kotak ini juga makin banyak jumlahnya. Di Roma misalnya pada tahun 2008 terdapat 504 contenitori. Jumlahnya meningkat menjadi 1.500 pada 2011. Berarti rata-rata naik 100% per tahun. Isinya juga berubah. Pada tahun 2011 berjumlah 6.000 ton pakaian bekas, sementara 4 tahun sebelumnya hanya 2.480 ton. Kenaikannya diperkirakan 150%.
Pada mulanya, saya bertanya-tanya apakah ini benar-benar tempat untuk penampungan pakaian bekas? Setelah mendapat jawaban yang pasti dari teman-teman Italia, saya mengajukan pertanyaan lain, ke manakah pakaian ini nantinya? Apakah akan dijual oleh pengelola kotak kuning ini? Ataukah disumbang kepada mereka yang membutuhkannya.
Pakaian ini rupanya disumbangkan kepada mereka yang membutuhkannya. Di Italia, ada satu organisasi, yakni Caritas yang menampung pakaian bekas dari siapa saja. Kaum imigran di Italia biasanya menyambangi kantor Caritas untuk mendapatkan pakaian dan sepatu terutama di musim dingin. Selain Caritas, masih banyak lagi organisasi lain yang menyumbangkan pakaian bekas kepada orang yang membutuhkannya. Saya sendiri belum membeli pakaian satu pun selama di sini. Saya menggunakan pakaian bekas yang ditinggalkan oleh mereka yang tidak membutuhkannya lagi. Terutama untuk pakaian musim dingin. Kalau pakaian musim panas saya gunakan pakaian yang saya bawa dari Indonesia.
[caption caption="kotak pakaian bekas "]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/03/24/dsc00163-jpg-56f2d20ebe22bdc4092a144b.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Pemerintah Italia rupanya sudah memikirkan pengolahan pakaian bekas ini secara bijak. Dengan ini, tidak ada lagi pakaian bekas yang dibuang di kotak sampah. Pemerintah kiranya berhasil mengajarkan kepada rakyat Italia bahwa pakaian bekas itu masih berguna dan tidak boleh dibuang. Sayang kan jika awalnya diciptakan untuk dipakai pada akhirnya malah hanya dipajang sebagai mode lalu dibuang. Pemerintah Italia juga akan menindak tegas pengelola kotak penampungan pakaian bekas yang bekerja untuk ‘mengisi perut’-nya sendiri. Di Roma pada 2015 yang lalu, perusahaan yang mengelola kotak ini (AMA Roma) didenda 100 ribu euro karena menggunakan pakaian bekas ini sebagai obyek bisnis padahal obyek sebenarnya adalah misi kemanusiaan. Selain AMA, dua perusahaan terkait (Sol.co dan Bastiani) juga didenda sebesar 110 ribu euro. Ini berarti, betapa seriusnya pemerintah Italia mengajak masyarakatnya untuk tidak membuang pakain bekas.
Indonesia kiranya membutuhkan banyak pakaian entah entah baru. Untuk mereka yang punya pakaian lebih, janganlah membuang pakaian bekas Anda. Sumbanglah pada orang-orang di daerah terpencil di seluruh Indonesia.
Salam cinta sesama. Sekadar berbagi yang dilihat.
PRM, 23/3/2016
Gordi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI