Di kaki mercusuar kusandarkan bimbang
Mendesahlah angin kemarau,
seresah nelayan dan bangau di ambang pantai.
senjaku,
menyisakan garis jingga dilegam wajah anak anak
yang kelak diwariskan resahmu,
angin angin gundah dan kepakan camar yang lesu,
sesekali menatap bimbangku,
tapi ia kemudian berlalu,
kaki mercusuar yang rapuh menggeser jaman,
tapi terus rapuh
lantaran sejarahmu, sudah tak mau tahu
sesepi samudera itu,
dan sesunyi ruang ruang gedung yang kau pancar.
mendesahlah angin kemarau,
desahmu menerpa ranting ranting cemara,
supaya guguran doanya bertaburan di pasir pantai
menghujani rupa rupa resah saudaraku,
dan lika liku perahu yang mengarah ke lautan.
***
Gorontalo, 14 Okt 2018
Rasull abidin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI