lantaran sejarahmu, sudah tak mau tahu
sesepi samudera itu,
dan sesunyi ruang ruang gedung yang kau pancar.
mendesahlah angin kemarau,
desahmu menerpa ranting ranting cemara,
supaya guguran doanya bertaburan di pasir pantai
menghujani rupa rupa resah saudaraku,
dan lika liku perahu yang mengarah ke lautan.
***
Gorontalo, 14 Okt 2018
Rasull abidin
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!