Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Matahari Turun ke Kota

31 Agustus 2018   00:14 Diperbarui: 31 Agustus 2018   00:29 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Art paint by. S.Sudjojono

Matahari matanya mendelik

Menatap jalanan ibukota,

Bajaj dan angkot

Terpanggang, yang lagi ngetem

Menunggu rejeki dari langit

Cuaca panas,

Lalu dibawa asap knalpot metromini,

Kemudian masuk ke terminal

Gerobak bakso nangkring di trotoar

Tukang parkir menghitung receh

Di ibukota,

Harga naik pitam

Memaksa anak -- anak cari uang jajan

Bapaknya jadi preman

Emaknya jadi babu di istana cukong

Matahari matanya mendelik

Lalu turun ke gedung pengadilan,

Maling main gitar

Di ibukota

Demo dimana -- mana,

Lantaran di atas piring

Rakyat di paksa makan nasi aking

Matahari perlahan condong,

Tapi matanya masih mendelik

Lalu di bawa angin kering ke kali

Kemudian masuk ke gubuk -- gubuk

Yang kena gusur satpol pp,

Gelandangan jadi pesakitan

Lantaran punya uang di luar kewajaran

Di ibukota,

Pelacur, buruh, kuli membludak

Pengemis , gelandangan jadi kaum urban

Di pandang menjijikkan !

Seperti sampah lalu di salahkan,

Kemudian politikus saling tuding,

Para cendikiawan,ahli tatanan sosial,

Dan berbagai macam ahli nongol di televisi

Sekian juta teori di godok,

Tapi jalannya mandek

Lantaran yang membuat tukang baca Koran

Yang tidak tahu persoalan

Pukul lima sore

Matahari matanya merah,

Kemudian turun ke jalan raya

Membentur  traffic lights

Pak polisi jadi emosi

Lantaran sopir cukong melanggar rambu,

Di ibukota Jakarta raya,

Bulan purnama keluar dari cerobong pabrik

Kemudian turun ke tempat hiburan,

Tukang ojek,

Tukang kopi

Bahkan sopir taksi

Berubah Jadi makelar tetek,

Nongkrong di kaki lima

Tempat mangkal remaja tanggung

Lantaran biaya sekolah naik pitam

Dan bila uang di selipkan di BH,

Bulan purnama masuk dalam perutnya

Rasull abidin, 06 Apr 2014

Jakarta Raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun