Matahari matanya mendelik
Menatap jalanan ibukota,
Bajaj dan angkot
Terpanggang, yang lagi ngetem
Menunggu rejeki dari langit
Cuaca panas,
Lalu dibawa asap knalpot metromini,
Kemudian masuk ke terminal
Gerobak bakso nangkring di trotoar
Tukang parkir menghitung receh
Di ibukota,
Harga naik pitam
Memaksa anak -- anak cari uang jajan
Bapaknya jadi preman
Emaknya jadi babu di istana cukong
Matahari matanya mendelik
Lalu turun ke gedung pengadilan,
Maling main gitar
Di ibukota
Demo dimana -- mana,
Lantaran di atas piring
Rakyat di paksa makan nasi aking
Matahari perlahan condong,
Tapi matanya masih mendelik
Lalu di bawa angin kering ke kali
Kemudian masuk ke gubuk -- gubuk
Yang kena gusur satpol pp,
Gelandangan jadi pesakitan
Lantaran punya uang di luar kewajaran
Di ibukota,
Pelacur, buruh, kuli membludak
Pengemis , gelandangan jadi kaum urban
Di pandang menjijikkan !
Seperti sampah lalu di salahkan,
Kemudian politikus saling tuding,
Para cendikiawan,ahli tatanan sosial,
Dan berbagai macam ahli nongol di televisi
Sekian juta teori di godok,
Tapi jalannya mandek
Lantaran yang membuat tukang baca Koran
Yang tidak tahu persoalan
Pukul lima sore
Matahari matanya merah,
Kemudian turun ke jalan raya
Membentur  traffic lights
Pak polisi jadi emosi
Lantaran sopir cukong melanggar rambu,
Di ibukota Jakarta raya,
Bulan purnama keluar dari cerobong pabrik
Kemudian turun ke tempat hiburan,
Tukang ojek,
Tukang kopi
Bahkan sopir taksi
Berubah Jadi makelar tetek,
Nongkrong di kaki lima
Tempat mangkal remaja tanggung
Lantaran biaya sekolah naik pitam
Dan bila uang di selipkan di BH,
Bulan purnama masuk dalam perutnya
Rasull abidin, 06 Apr 2014
Jakarta Raya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H