(cahaya-cahaya dari kota)
Tujuh kota tujuh cahaya,
dari dua matamu yang biru
mengalir sungai nestapa,
dan semburat senja berakhir
dikaki langit,
Aku menunggumu,
didekat sebuah candi,batas kota,
pada gemerlap senja
Aku menunggumu disini,
dengan pekat kopi
kuseduh dari sedumu, yakan nur ?
tujuh kota katamu,
Memahat paras tujuh cahaya,
Yang tak kuasa kugenggam
Meski luka kau tutup dengan luka.
orang orang lewati lorong.
sementara pancaran purnama
tak mau diam.
tepian dermaga mereguk cahaya
kau terpana
betulkah,
lewat rindu yang kupesan
Selalu kau baca setiap malam.
Lekaslah datang, sayang
sebelum senja tenggelam,
menghalangi jalan,
kutunggu diluar pintu
lalu leburlah cahaya birumu
dalam dekap aroma nafasku.
Makassar, 23 agustus 2018
Rasull abidin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI