Gedung-gedung tua membisu,
Kutatap sejarahmu lewat pahatan jaman
di pinggir kali,
ku seruput tetes peluh-peluh perjuangan.
Langit cerah,
Gugur bunga-bunga kamboja
Ruh-mu pejuangku, menatap lambang lara
Tanah berlumuran darah
Langit bewarna senja
Dan bangsamu,
mengubur tangannya sendiri,
Karna kemabukan dan pergulatan mimpi.
Sederatan sisa pejuang-pejuangku,
Melahap nasi kemerdekaan dalam gubuk karton,
memecah sengsara dari jaman ke jaman
Kita telah lupa,
Perjuangannya tak dicatat dalam agenda
Mereka,
Melewati hidup renta berselimut angin malam
Bertebaran dipinggir peradaban,
Itulah birokrasi bangsa,
Tak kenal batas-batas manusia.
Bangsaku....
memejam mata menjilati kursi-kursi kekuasaan
bila lidahnya telah kaku
Ia mencekram tangan-tangan besi
Mengamankan kekuasaan dengan kekerasan
Dan norma-norma manusia,
Telah digeser budaya kapitalis,
Gedung-gedung megah,
menggeser gedung tua,
Kelak kapitalisme menggeser bapak bapak kita
atau bapak-bapak kita sendiri,
Menggoyang letak dasi,
lalu duduk dan menulis puisi...!
Surabaya, 17 agustus 2018
Rasull abidin.