Menatap ombak ditengah samudera bergelora,
Perahu cadik bagai daun-daun kering melayang ditiup gembala
Antara hidup dan kematian tanpa koma,
Sejenak hilang lalu menjulang diujung degupan panjang
Nelayanku,
Pantaiku menyimpan rahasiamu, menghampar pasir kering nasibmu
Buih-buih jelaga telah menyebar dipukat-pukat tanpa ontang dan semboyan
Diatas langit badai yang kejam masih berbenah dan menunggu perintah
Tapi kaulah nelayanku,
Kau adalah tangan kekar dan legam kemerahan,
Menyusu pada puting beliung dan mencambuk petir yang menyiksa
Tapi kaulah nelayanku,
Menyelam di kedalaman rahmat tanpa keluh kesah
Menghibur urat hidup seterus gulungan ombak
Begitulah doa-doa yang kau tanam dalam pucuk karang dan rongkang
Makassar, 26 Juli 2018
Rasull abidin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H