Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bawah Jembatan Penyeberangan

2 Maret 2018   20:10 Diperbarui: 2 Maret 2018   20:17 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by. Eko Syswono T.

Kanak-kanak di bawah jembatan penyeberangan mengais mimpi,

Kurus jemarinya dan kuku yang hitam,

Gemetar,memeluk besi reklame pendidikan serdadu yang gagah

Wajah-wajah dekil yang tak di ajarkan tentang cita-cita

Pandangannya liar menjelma mata hitam burung gagak

Mengarah ke mata orang orang yang lalu lalang

Kanak-kanak itu berbaju kumal, lusuh berambut merah tembaga

Kadang duduk di pinggir kali comberan yang tak ketemu ujungnya,

Samping pos sekuriti perkantoran.

Lalu kita yang merasa risih membuang muka

Dengan bermacam pertanyaan,

Kepada siapa ?

Apakah pada gedung - gedung tinggi yang menjulang,

Pada mobil - mobil yang keluar dari bank dan kantor pajak,

Atau pertanyaan kita membentur jidat kumpulan bapak-bapak kita

Ataukah pertanyaan itu,

Kita pertanyakan untuk kepala kita sendiri ?

Kanak-kanak yang telanjang kaki, berserakan dijalanan

Tidak bisa kita magic menjadi angka nol

Atau kita abaikan ke depannya,

Karna gambaran kenyataan akan berulang bak episode drama

Tidak akan pernah ketemu akhirannya.

Kuncup-kuncup tunas jalanan yang tumbuh dari negeri ini,

Akan menjadi pohon perdu penghias jalan raya

Dan duri-durinya yang tajam menembus mata batin kita,

Menusuk fikiran kita,

Yang telah terbiasa menghapal berbagai teori pembangunan

Dan hukum tatanan bangsa,

Atau menjadi PR yang tak rampung dari zaman ke zaman

Dari balik kaca buram angkutan,

Halte bus bagai terumbu karang dalam keramaian kota,

Mengasuh kanak-kanak kita dalam pergulatan

Tukang keamanan menjelma makelar mencari penumpang

Dan pedagang asongan berlarian menjemput serpihan laba

Sisa setoran.

Kanak-kanak kita di bawah sudut kaki jembatan yang kekar,

Menikmati perut mungilnya yang lapar,

Daki wajahnya yang kelam bergambar peta khatulistiwa

Apakah kita harus diam ?

Sementara ahli tatanan sosial

Dalam siaran tv menikmati liburannya ke luar negeri.

Politikus membaca peluang kenalkan diri menjelang musim

Dengan janji politik ngawur,

Dan kita saat ini, cukup meredam emosi melihat adegan semu,

Rona wajah senjakala yang kian benderang.

Jakarta raya, 04 Jan 2018

Rasull abidin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun