Kanak-kanak di bawah jembatan penyeberangan mengais mimpi,
Kurus jemarinya dan kuku yang hitam,
Gemetar,memeluk besi reklame pendidikan serdadu yang gagah
Wajah-wajah dekil yang tak di ajarkan tentang cita-cita
Pandangannya liar menjelma mata hitam burung gagak
Mengarah ke mata orang orang yang lalu lalang
Kanak-kanak itu berbaju kumal, lusuh berambut merah tembaga
Kadang duduk di pinggir kali comberan yang tak ketemu ujungnya,
Samping pos sekuriti perkantoran.
Lalu kita yang merasa risih membuang muka
Dengan bermacam pertanyaan,
Kepada siapa ?
Apakah pada gedung - gedung tinggi yang menjulang,
Pada mobil - mobil yang keluar dari bank dan kantor pajak,
Atau pertanyaan kita membentur jidat kumpulan bapak-bapak kita
Ataukah pertanyaan itu,
Kita pertanyakan untuk kepala kita sendiri ?
Kanak-kanak yang telanjang kaki, berserakan dijalanan
Tidak bisa kita magic menjadi angka nol
Atau kita abaikan ke depannya,
Karna gambaran kenyataan akan berulang bak episode drama
Tidak akan pernah ketemu akhirannya.
Kuncup-kuncup tunas jalanan yang tumbuh dari negeri ini,
Akan menjadi pohon perdu penghias jalan raya
Dan duri-durinya yang tajam menembus mata batin kita,
Menusuk fikiran kita,
Yang telah terbiasa menghapal berbagai teori pembangunan
Dan hukum tatanan bangsa,
Atau menjadi PR yang tak rampung dari zaman ke zaman
Dari balik kaca buram angkutan,
Halte bus bagai terumbu karang dalam keramaian kota,
Mengasuh kanak-kanak kita dalam pergulatan
Tukang keamanan menjelma makelar mencari penumpang
Dan pedagang asongan berlarian menjemput serpihan laba
Sisa setoran.
Kanak-kanak kita di bawah sudut kaki jembatan yang kekar,
Menikmati perut mungilnya yang lapar,
Daki wajahnya yang kelam bergambar peta khatulistiwa
Apakah kita harus diam ?
Sementara ahli tatanan sosial
Dalam siaran tv menikmati liburannya ke luar negeri.
Politikus membaca peluang kenalkan diri menjelang musim
Dengan janji politik ngawur,
Dan kita saat ini, cukup meredam emosi melihat adegan semu,
Rona wajah senjakala yang kian benderang.
Jakarta raya, 04 Jan 2018
Rasull abidin.