Pokok randu ditepi telaga meranggas,
Akar-akar waktu berebut keluar
Karna musim ini, hujan datang terlambat
Dalam panas yang terik,
Bangau dan luwak bersekutu dalam tirani
Membagi kekuasaan,
Mata mereka saling mendelik,
Pandangannya ibarat teropong,
Jangan ada lagi kadal mencuri
Dan maling-maling,
Memaling dalam kekuasaan
Telaga yang luas, ikan telaga yang naas
Dalam sampan tua, lelaki yang renta menguap
Kail yang ia tunggu melumut
Dalam dunia mimpi,
Sampan tuanya menjelma istana,
Dengan menteri-menteri yang sigap,
Lelaki renta duduk dalam tahta,
Seorang raja yang tak berjiwa pemimpin
Raja yang hanya berkuasa saja
Telaga yang hampir kering, tirani bangau dan luwak
Dalam perebutan daging bangkai
Gigi tajam mereka kuat saling mencabik
Karna tak ada yang mengalah,
Maka mereka bertemu dalam suatu perundingan
Persekongkolan hitam mandek dalam kebuntuan
Luwak berdiri diatas batu bundar,
Bangau harus berdiri dalam barisan kekuasaan
Lalu siasat mereka menjelma huruhara
Riak telaga menggerus lumpur hitam
Sampan tua goyah,
Batu-batu telaga dibawahnya digilas
Sampan tua terkoyak, astaga !
Lelaki renta yang lelap dalam kembara mimpi
Mulutnya menganga,
Dan kita yang melihat sama-sama menganga
Tanpa berfikir !
Bagaimana cara kita, mencegah marabahaya
Buton, 31 Oktober 2017
Rasull abidin