Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Gerimis di Tanah Papua

29 September 2017   07:15 Diperbarui: 29 September 2017   07:45 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by. Britanica.com

Gerimis pagi singgah, diatas bukit belantara hutan,

Kabut menggerayangi jalanan yang lengang.

Dua lelaki duduk meringkuk, yang satu mengunyah pinang lalu meludah ditanah

Lelaki pengecap zaman yang melihat tanahnya

Kampungnya yang perlahan berubah jadi kota-kota bagai jamur merang

Tapi kedua pandangnya  kabur, melihat megah pertokoan, hotel, mobil dan rumah-rumah bergaya minimalis di lereng perbukitan

Gerimis pagi memaksa burung dadali bertengger di kabel-kabel tiang listrik

Menjilat sayap basahnya biar leluasa mencari makan,

Tapi tidaklah buat mereka, lantaran cukong-cukong berduyun datang dengan pikiran nakal

Mengubah keadaan

Yang telah mereka pelajari pada kerumunan lebah dalam kumpulan bapak-bapak kita,

Dari generasi-generasi warisan dewa

Gerimis pagi masih berderai dalam kasak kusuk

Kabut menggerayangi pohon-pohonnya, saat kujamah bau pinangnya kebudayaan masih erat melekat pada pilar bungsunya.

Manokwari, 29 sept 2017

Rasull abidin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun