Gerimis pagi singgah, diatas bukit belantara hutan,
Kabut menggerayangi jalanan yang lengang.
Dua lelaki duduk meringkuk, yang satu mengunyah pinang lalu meludah ditanah
Lelaki pengecap zaman yang melihat tanahnya
Kampungnya yang perlahan berubah jadi kota-kota bagai jamur merang
Tapi kedua pandangnya  kabur, melihat megah pertokoan, hotel, mobil dan rumah-rumah bergaya minimalis di lereng perbukitan
Gerimis pagi memaksa burung dadali bertengger di kabel-kabel tiang listrik
Menjilat sayap basahnya biar leluasa mencari makan,
Tapi tidaklah buat mereka, lantaran cukong-cukong berduyun datang dengan pikiran nakal
Mengubah keadaan
Yang telah mereka pelajari pada kerumunan lebah dalam kumpulan bapak-bapak kita,
Dari generasi-generasi warisan dewa
Gerimis pagi masih berderai dalam kasak kusuk
Kabut menggerayangi pohon-pohonnya, saat kujamah bau pinangnya kebudayaan masih erat melekat pada pilar bungsunya.
Manokwari, 29 sept 2017
Rasull abidin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H