Keremangan senja menebar di cakrawala...
Memunguti kepingan rinduku satu persatu...
Sebentar lagi dibawa pergi kereta penebas waktu...
" Tiada ampun...!", Â "tiada kasih...!"
Â
Duh...anakku, Duh...anakku...!
Ayahkan pergi... Meninggalkanmu di buaian ibu,
Menjelajahi belahan bumi..dan samudera kelabu..
Meninggalkan kuncup kuncup rindu dalam hatimu...
Â
Duh...anakku, Â Duh...anakku..!
Ayahkan pergi...meninggalkanmu di antara waktu...
Memunguti serpihan asa di perjalanan
Demi rindu dan keindahan masa depanmu
Tiada sanggup jiwaku memandang air matamu...
Â
Duh...anakku, Duh...anakku..!
Serasa ingin aku bergelantung di pembaringan
Menemanimu menanam kembang,.....
hanya impian menjadi penghalang
Dan kehidupan yang terus berjalan
Â
Duh..anakku !
Sebentar lagi ayahkan meninggalkan kamu...
dibawa kereta penebas rindu
Selaksa doa tetap akan ayah tanam,
dikedalaman dada di kerongkongan sukma...
Biar tertimbun laksana gunung...
Lalu ku panggul di atas bahu...
Â
Duh...diriku kini menjadi bagian rindu...
Ingatkanlah aku kepada ketulusan hatinya,
Ingatkanlah aku jika aku bagian dari hatinya...
Â
Duh...diriku kini menjadi bagian dari mimpi...
Ingatkanlah aku tentang keindahan mimpinya,
Ingatkanlah aku jika diriku adalah bagian dari jiwanya...
Â
Â
Rasull abidin, 24 jan 2012
Stasiun ps.turi - surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H