"Bunuh saja."
"Jangan."
"Bunuh saja."
"Jangan."
SUDUT LAIN DI PEREMPATAN JALAN.
Baru saja melakukan kejahatan. "Hah!" Apakah berencana sebuah perilaku kejahatan? "Yes! Sir!" Sekalipun belum dilakukan. "What!" Ini kegilaan paling gila. Belum terjadi kanibalisme, lantas dianggap telah melakukan kejahatan. "Yes! Sir!" Niat anda sudah ditulis malaikat bahwa anda akan melakukan tindak pidana kejahatan.
"Loh! Tahu darimana?" Dari hati anda.
"Baiklah kalau begitu, saya makan hati saya." Wow! Itu lebih kejam dari pembunuhan.
"Hah!" Jangan sok terperangah. Sang waktu sudah tahu apa akan terjadi.
"Hahaha! Kamu mengarang." Tidak. Itu realitasnya.
"Pandir. Dasar kau pandir!" Kalau kesal mati saja.
"Kamu ini siapa sih!" Iblis. Baru paham ya. Iblis berada di setiap sel darahmu.
"Hahaha! Omong kosong!" Sejak anda lahir iblis bersemayam di sel - sel darahmu.
"Apakah iblis ada di semua makhluk hidup?" Yes! Kalau tak puas dengan jawabannya, anda sila mati saja.
"Caranya?" Mulailah melahap setiap ruas jari-jarimu. Sampai seluruh tubuhmu melumatkan dirinya tak berbekas.
"Maksud anda menyiksa diri sendiri?" Yes, good point.
Kalau dia benar - benar seekor iblis, aku bunuh bisa enggak ya. Apa betul monyet iblis itu ada di setiap sel darah? Dasar bajingan tetap bajing loncat, berkelit kian kemari. "Kamu dimana? Kenapa tak bersuara lagi? Kecut ya. Mentalmu mengkerut ya. Hahaha sok mengaku jadi iblis. Mana wujudmu. Ayo! Muncul. Tampil dong dimuka publik. Sekarang. Di sini! Wahai iblis ompong."
Tak ada jawaban sampai ia kesal sendiri. Marah sendiri. Ngakak sendiri. Terpingkal-pingkal. Jumpalitan kegirangan. Ngakak sepuasnya. Ngoceh sepuasnya. Maki-maki sepuasnya. Menangis sepuasnya. Gila sepuasnya. "Jlep! Jlep! Jlep!" Setelahnya tak terdengar apapun, sekalipun sebuah desah.
SUDUT LAIN DI RUANGAN PUTIH.