Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bulan Lonjong

2 September 2024   11:19 Diperbarui: 2 September 2024   11:34 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


DONGENG NEGERI ATAS ANGIN
Cahaya Membuka adegan panggung sandiwara.
Musik: Symphonic Metal adegan berkisah.

SUDUT LAIN SEBUAH TEMPAT.

Beberapa kali ia menghitung jemarinya, lengkap. Kangen ini menghimpit jiwa di antara kisah-kisah lain. Bumi seperti memanjang temaram. Selisik pikiran memulai satu dilema di  antara sejumlah kata dalam dialog di pikirannya. Apakah ia masih punya hati? Apakah ini punya sukma sebagaimana mestinya.  

"Bunuh saja."
"Jangan."
"Bunuh saja."
"Jangan."

Entah kesal kepada siapa. Kalau saja tak banyak kisah simpang siur, mungkin bisa memilih hal lebih estetis, melukis pegunungan misalnya, bukan dengan cara seperti ini. Satu hari satu jantung tak apa, toh besok masih ada banyak hari. Jantung siapa lagi harus diburu. Bisa jantung setan atau macan tutul atau keledai.

Kapan bisa menghentikan semua ini. Mengapa semua terasa memanjang, tidak memendek. Menyebalkan ketika semua tampak tak sebagaimana semestinya. Benda-benda memanjang melengkung tak beraturan. Sejak kapan hal macam ini terjadi, datang begitu saja nyelonong tak santun, tak jua mau pergi.

Kalau aku berjalan terbalik apakah semua akan berubah menjadi normal? Dalam pemahaman apa disebut normal, mungkin dalam standar hidup setiap manusia atau makhluk hidup akan berbeda-beda. Apa benar begitu? Tak pernah kudapati hal macam itu sejak aku memulai bisa memahami sekitar. Oh! Ternyata ini hidup.

Mungkin. Kalau ternyata sekarang ini sedang mati tapi seperti sedang hidup bagaimana membedakannya. Napas, ya napas. Bernapas atau tidak mungkin terasa pada detak jantung, satu, dua, tiga. Satu ... seterusnya sama detik berjalan kedepan. Mengapa tidak berlaku mundur?

Apa 'kan terjadi apabila waktu berjalan mundur? Mungkin benda-benda akan berjalan lebih cepat, menyusut, memendek, mungkin juga memanjang, atau jungkir balik barangkali. Hahaha kalau segala sesuatu berjalan jungkir balik bola mata keluar masuk, teling lepas sendiri beterbangan kian kemari.

Hihihi, mulut monyong tak menentu, hidung kembang kempis, wajah lepas mungkin saja menghilang. Kepala tanpa wajah seluruh anggota tubuh berjalan tak sebagaimana mestinya, masing-masing, tentu akan terjadi tarik menarik dalam satu pola tak beraturan hahaha otak terbang entah kemana sesuka hati. "Yes!"

Akhirnya bertemu sebuah ide, seru banget. Melompat-lompat berebutan ingin menjadi the first. Hah! Berarti akan ada lanjutan berikut. Ups! Tidak boleh. Bahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun