Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Interpolasi

16 Agustus 2024   15:28 Diperbarui: 16 Agustus 2024   15:29 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Doc Kompas.com

Pemeran, Dustin Hoffman sebagai Carl Bernstein, Robert Redford sebagai Bob Woodward, masing-masing memerankan tokoh jurnalis investigatif dengan kekuatan nilai seni akting prima-spekta, jurnalisme jurdil, menginvestigasi realitas skandal Watergate. Menggetarkan kependekaran kreativitas film kelas dunia, keren, asli.

Latar belakang kisah, shot by scene, dua jurnalis memberi pelajaran pada dunia, teguh beriman menjunjung tinggi kesakralan seni jurnalisme jurdil berkelas, edukasi publik kelas opini dunia, takjub. Kedua jurnalis digambarkan, siap, menghadapi berbagai risiko ancaman termasuk, intimidasi receh kolusi di sistem keamanan negerinya.

Film nonfiksi, All the President's Men, bermanfaat opini publik kelas dunia; tidak sekadar nyomot nota tabelaris statis pelaku info, satu penyebab karya seni sinematik tak menggedor adrenalin inteligensi pemirsa-dasar tata acuan dramatik film-transisi komunikasi visual tidak boleh kehilangan peran karakter visual sekalipun untuk film dokumentar faktual.

Film All the President's Men, sangat berhasil menciptakan bangunan karakter, fakta pada kejadian peristiwa. Cermat, mengaduk-ngaduk, mengolah emosi penonton menalarkan fakta peristiwa, berhasil membawa masuk pemirsanya, dramatis, mengajak serta berpikir cerdas tentang skandal Watergate. Teramat piawai dalam alur kisah.

All the President's Men; film cerdas, tak ada muatan provokasi negatif untuk publik opini kelas dunia.; Adem, sejuk banget nontonnya, memberi pelajaran politik tingkat begawan. Bukan pelajaran politik recehan, hiks, kapan dewasanya kalau hobi ngotot dot com.; Lebih seru nonton stand up comedy, bermanfaat, ngakak sembari happy ngopi.

Catat dengan huruf tebal.; Karya seni tidak punya senjata untuk perang bintang.; Karya seni, film, teater, susastra, musik, instalasi, karya seni apapun itu, pemilik kecerdasan-kejujuran, beriman mutlak pada Ilahi-pemberi anugerah keagungan rahmat-Nya; multitalenta disiplin, untuk insan kamil.; Bukan untuk sistem-isme, apapun.

Isme, buatan manusia kadangkala berinteligensi robot, sempit-terbatas, mudah rusak, di acak-acak sampai kedodoran tak mampu mencapai fitrah langit Ilahi. Fakta.; Koruptor pandir masih merajalela di dunia. Di arena persilatan bisnis gigantik wow ciluk baa, lempar batu sembunyi tangan, raib, menggaib, ajaib. Dor! Nongol di top news media, petinggi negeri atas angin menjemput koruptor di terminal bandara. Hebat?

Riset tingkah laku publik tidak mudah, tak sekadar jadi tabelaris, berbeda dengan riset bahan baku pokok. Publik.; Bernapas, bergerak sesuai citarasa sosialnya, punya nyawa, pemilik otak buatan Ilahi, punya nurani, bukan benda mati. Contoh; riset hari ini hobi eskrim, sejenak kemudian, belok ke escapur kacang merah, lifestyle modis kekinian; esensi kecepatan perubahan kemodernan sejak peradaban lampau.

Realitas berbeda dengan
angan-angan
Imajinasi berbeda dengan
mimpi-mimpi

WARUNG KOPI KAKI LIMA. SIANG.

"Aku ragu kawan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun